Tema ke 2: Mengenakan Kacamata Belas Kasih Allah

 Lucky Jacob  |     9 Mar 2014, 22:59

Alteri vivas oportet, si vis tibi vivere, jika engkau mau hidup untuk dirimu, hendaknya engkau juga hidup untuk sesamamu. Demikian ungkapan yang dimaksudkan bahwa orang tidak saja hanya memikirkan diri sendiri tapi juga mau peka terhadap sesama, terutama mereka yang menderita dan mengalami kesulitan dalam hidup.

Pada pertemuan ke-2 ini kita diajak bagaimana gerakan nyata untuk menolong sesama yang dilakukan Yesus membangkitkan kesadaran untuk mau peka terhadap kesulitan sesama dengan menggunakan kacamata belas kasih. Dalam Injil acapkali diungkapkan bahwa Yesus 'tergerak hati-Nya oleh belas kasihan' dan kemudian melakukan gerakan nyata untuk menolong.

Lewat tokoh Beata Ibu Teresa dari Kalkuta serta kisah Injil dapat semakin mengasah mata dan hati kita untuk semakin peka terhadap penderitaan sesama di sekitar kita. Mengapa kisah-kisah ini menjadi penting? Karena terkadang mata hati dan budi kita tertutup sehingga tidak mampu melihat, atau kalaupun melihat, kita tidak tergerak untuk menolong mereka.

Beata Ibu Teresa dari Kalkuta memberi teladan bagaimana ia terpanggil untuk merasakan belas kasih bagi banyak jiwa, sebagaimana dirasakan oleh Kristus sendiri dan menjadi kekuatan yang mendorong segenap hidupnya. Hatinya menjadi terusik ketika melihat banyak penderitaan yang terjadi di sekitarnya. Ia dengan rela meninggalkan "kemegahan" biara dan menyatukan diri untuk hadir bersama para miskin, sakit dan papa.

Tindakan Beata Ibu Teresa paralel dengan apa yang dilakukan oleh orang Samaria yang mau melakukan tindakan nyata membantu orang yang tidak dikenalnya meskipun pada jaman itu ia (orang Samaria) dianggap orang Israel kelas dua/bukan keturunan murni atau suci. Tindakan nyata inilah yang menjadi panggilan setiap diri kita yang menamakan diri sebagai murid Kristus.

Dalam kisah Maria dan Marta kita akan menemukan dua karakter kuat namun cukup berbeda dalam menanggapi panggilan hidup. Marta merupakan pribadi yang ramah dan aktif melayani Yesus. Ia digambarkan sebagai tuan rumah yang baik dan bertanggung jawab, apa yang dilakukan Marta sangatlah positif.

Namun ada satu hal yang Yesus peringatkan kepada Marta sebagai orang yang aktif melayani, yaitu agar iapun ambil waktu duduk dengan tenang seperti Maria dan mendengarkan Yesus. Doa dan keheningan akan melengkapi aktivitas karya pelayanan yang kita lakukan.

Alkisah, pada suatu tengah malam seorang ibu dibangunkan oleh dering telepon di rumahnya. Ternyata orang yang menelpon adalah orang yang tidak terlalu dikenalnya dengan baik. Dengan sedikit rasa kantuk ia mendengarkan apa yang menjadi keluh kesah si penelpon. Tidak banyak respon dan solusi yang ia berikan, ia hanya menjadi pendengar yang baik. Selang setelah kurang lebih satu jam ia menerima telepon, si ibu kembali pergi tidur.

Pada pagi hari, si ibu kembali dikejutkan oleh bunyi telepon yang ternyata berasal dari orang yang semalam berbicara dengannya. Orang ini hanya mengucapkan terima kasih karena si ibu semalam mau mendengar apa yang menjadi kesusahan hatinya, sekarang ia merasakan ada kelegaan besar dalam hatinya. Suatu tindakan biasa, ternyata bisa "menolong" orang lain dari kesesakan.

Sekarang, bagaimana dengan diriku, apakah aku mau terbuka bagi sesama?

Lihat Juga:

APP (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi