Abu

  19 Feb 2018, 23:41

Abu dipergunakan untuk menandai permulaan Masa Prapaskah, yaitu masa persiapan selama 40 hari menyambut Paskah. Ritual perayaan Rabu Abu ditemukan dalam edisi awal Gregorian Sacramentary, yang diterbitkan sekitar abad kedelapan.

Sekitar tahun 1.000, khotbah seorang imam Anglo-Saxon bernama Aelfric dijadikan rujukan ritual perayaan Rabu Abu. Inilah cuplikan khotbah Aelfric, "Saat membaca dalam kitab-kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, Mereka yang menyesali dosa-dosanya, menaburi diri dengan abu serta membalut tubuh mereka dengan kain kabung."

"Sekarang, kita melakukannya sedikit pada awal Masa Prapaskah kita, kita menaburkan abu di kepala kita sebagai tanda bahwa kita wajib menyesali dosa-dosa kita terutama selama Masa Prapaskah," itulah cuplikan Khotbah Aelfric.

Setidak-tidaknya sejak abad pertengahan, Gereja telah mempergunakan abu untuk menandai permulaan masa tobat Prapaskah, kita ingat akan ketidakabadian kita dan menyesali dosa-dosa kita.

Dalam liturgi perayaan Rabu Abu sekarang ini gereja Katolik mempergunakan abu yang berasal dari daun-daun palma yang telah diberkati pada perayaan Minggu Palma tahun sebelumnya yang telah dibakar. Imam memberkati abu dan mengenakannya pada dahi umat beriman dengan membuat tanda salib dan berkata, "Ingat, engkau berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu," atau "Bertobatlah dan percayalah kepada Injil."

Itulah alasan mengapa di Paroki Tomang, gereja Maria Bunda Karmel (MBK), hampir setiap minggu hingga menjelang Rabu Abu, diumumkan di mimbar agar umat membawa daun palma kering yang sudah diberkati, dikumpulkan digereja untuk dibakar menjadi abu.

Mari dalam menyongsong Paskah tahun ini kita lebih peduli pada sekitar kita, lingkungan kita, wilayah kita, gereja kita, paroki kita. Dengan lebih peduli pada sekitar, kita sedikit banyak sudah melakukan pengawasan terhadap aksi kekerasan, aksi teror, aksi yang menjurus kepada SARA.

Dengan tanda Abu di dahi kita masing-masing, mari kita jaga lingkungan, wilayah, gereja Kita dengan lebih peduli pada sekitar. Membaur dengan masyarakat tanpa memandang tingkat sosial ekonominya, tanpa memandang suku dan etnisnya.

Selamat memasuki masa Pra-Paskah.

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi