Orang Muda Katolik, Wajah Gereja

 Helena D. Justicia  |     11 Oct 2016, 08:56

Orang Muda Katolik (OMK), siapakah mereka? Ada yang mengatakan bahwa OMK adalah Gereja masa depan, sehingga dibuatlah berbagai rancangan program dan kegiatan untuk menyiapkan Gereja masa depan itu. Bermacam pelatihan, training, kaderisasi pun diselenggarakan.

Orang Muda Katolik, Wajah Gereja

Di sisi lain, ada juga yang menegaskan bahwa OMK adalah Gereja saat ini. Mereka yang berpendapat begitu umumnya mendorong OMK untuk berperan dalam perjalanan menggereja. OMK bukan hanya 'tenaga kasar' yang dibutuhkan bantuannya untuk angkut-angkut atau menjaga parkir/keamanan, melainkan juga dipandang sebagai insan intelektual yang mampu memberikan sumbangan pemikiran. OMK bahkan dipercaya dapat memberikan alternatif solusi ketika orang-orang dewasa terjebak dalam kungkungan tradisi atau kebiasaan lama.

Cukupkah Hati untuk OMK?

Oktober 2016 ini, sebuah perhelatan besar OMK Indonesia kembali digelar: Indonesian Youth Day (IYD) yang kedua, berlangsung di Keuskupan Manado. Pro dan kontra tentu mengiringi perjalanan IYD - dari pandangan miris tentang 'rupiah' (bayangkan biaya transport dan biaya hidup ke/di Manado dari 37 keuskupan seluruh Indonesia), pertanyaan tentang efektif-tidaknya kegiatan, hingga dampak yang sekiranya dapat ditimbulkan.

Lumrah, selalu ada kecurigaan terhadap kegiatan OMK. Sering kegiatan mereka dicap hura-hura, pesta, senang-senang belaka, tanpa ada kedalaman yang dicecap. Mgr. John Philip Saklil, Ketua Komisi Kepemudaan KWI 2010-2015 bertanya, "Bukankah kegembiraan adalah ciri OMK? Mereka orang muda. Kegembiraan harus tampak dalam diri mereka!"

Karena itulah lantas mengemuka strategi tentang pendampingan OMK: masuk dari pintu mereka, keluar dari pintu kita. Jika mau berjalan bersama OMK, masuklah dari dunia mereka: olahraga, seni, nongkrong bareng, nonton film... namun pastikan kesemuanya itu membawa mereka pada pengalaman akan Allah.

Orang muda memang layak menjadi perhatian, karena populasi mereka tergolong besar (sekitar 60% dari populasi), dan aspek kehidupan mereka sangat kompleks. Menariknya, hingga kini belum ada dokumen Gereja yang secara khusus membahas tentang OMK.

Bahasan tentang OMK hanya tercakup dalam bahasan yang lebih besar seperti keluarga (dokumen Familiaris Consortio), kerasulan awam (Apostolicum Actuositatem), pendidikan (Gravissimus Educationis), atau evangelisasi (Evangelii Nuntiandi). Apakah ini gambaran bahwa OMK belum mendapat perhatian cukup dalam Gereja?

Ada suatu gurauan terkait OMK: bukankah hidup Yesus pun merupakan misteri saat Ia berusia antara 13-30 tahun? Begitu jugalah kiranya dengan OMK. Hidup mereka terselubung misteri!

Katekese Kehadiran bagi OMK

Beberapa tahun belakangan, perkembangan pastoral OMK sesungguhnya cukup menggembirakan. Hari Orang Muda (youth day) banyak diselenggarakan dari tingkat paroki hingga dunia (World Youth Day). Orang muda dapat saling berjumpa, mengalami kebersamaan, mendapat pengajaran (katekese), dan sebagainya. Intinya, mereka disapa.

Makin banyak juga panduan iman yang diterbitkan untuk OMK, seperti Youcat (katekismus untuk OMK), dan yang terbaru adalah Docat (Ajaran Sosial Gereja untuk OMK). OMK sungguh ditemani dalam pergulatan hidupnya.

Dalam satu kesempatan hari studi tentang kepemudaan di KWI, Rm. Teddy Aer MSF, Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Banjarmasin menegaskan, "OMK adalah subjek dan sumber dalam membangun kehidupan. Karya pastoral OMK adalah kaderisasi untuk membangun kehidupan, bukan hanya kaderisasi dalam konteks kepemimpinan."

Rm. Teddy menambahkan, katekese yang dibutuhkan OMK adalah katekese kehadiran. "Tiga unsur mendasar yang diperlukan adalah: youth minister (pendamping OMK), youth team (tim pengurus/penggerak), dan youth center (sarana berinteraksi)."

Apa pun kegiatan yang dibuat, ada tiga muara sebagaimana tercantum dalam Sahabat Sepeziarahan (Pedoman Karya Pastoral OMK). Pertama, mendampingi OMK mengalami perjumpaan dengan Kristus; OMK menjadi alter Christi (Yesus yang muda). Kedua, OMK menjadi murid yang diutus/bermisi. Ketiga, OMK menjadi bagian dari Gereja demi kepentingan Gereja.

Mendampingi OMK, merancang kegiatan bagi mereka, barangkali tak mudah. Mungkin terjadi trial and error. Seringkali bahkan terasa sia-sia ketika OMK 'lenyap' begitu saja karena dinamika hidupnya. "Orientasi pendampingan OMK adalah orientasi proses, bukan hasil. Tidak ada yang sia-sia. Selalu ada buah di kemudian hari," tegas Rm. Teddy.

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi