Iman - Perbuatan = Nol

 Amideus Chadikun  |     7 Nov 2016, 09:42

Realitas perjalanan hidup manusia pasti melalui proses kelahiran mulai dari bayi, tumbuh menjadi anak-anak, remaja, dewasa, tua, dan kemudian mengalami kematian. Ketika mengalami kematian, tubuh jasmani manusia akan kembali menjadi tanah atau debu, tetapi ke manakah jiwa ini akan pergi?

Iman - Perbuatan = Nol

Dalam iman Kristiani, manusia yang hidupnya berkenan di hadapan Allah akan menikmati kehidupan kekal dan bahagia bersama Allah. Hal ini juga yang menjadi tujuan hidup orang beriman. Namun dalam kenyataan hidup, apa yang dilakukan oleh manusia itu berlawanan (kontradiksi) dengan keimanan tadi. Hal ini dapat terlihat nyata, ketika masih banyak manusia zaman sekarang ini ingin menikmati dan memperoleh kegembiraan di dalam dunia tanpa memikirkan dosa dan kejahatan yang dilakukannya. Dosa tersebut justru menghalanginya untuk mencapai tujuan itu seperti gambaran para ahli Taurat yang percaya akan kehidupan kekal tetapi hidupnya jauh dari Tuhan dan ajaran-Nya. Apa yang dilakukan oleh para ahli Taurat sebenarnya tidaklah berbeda dengan orang-orang Saduki yang tidak percaya akan kehidupan kekal karena iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:26).

Kebangkitan badan sebagai bukti adanya kehidupan kekal telah ditunjukkan oleh Yesus melalui beberapa peristiwa di dalam Injil:

  • Ia menjamah seorang anak muda di Nain dan membuatnya hidup kembali, tetapi pengikut-pengikut-Nya masih belum yakin.
  • Ia membisikkan kehidupan ke dalam tubuh tak bernyawa seorang anak perempuan Yairus, namun orang masih sinis menanggapinya.
  • Ia membiarkan seorang dewasa yang bernama Lazarus berada dalam kubur selama 4 hari, kemudian memanggilnya kembali kepada kehidupan tetapi rupanya belum cukup juga.
  • Ia menjamah seorang anak muda di Nain dan membuatnya hidup kembali, tetapi pengikut-pengikut-Nya masih belum yakin.
  • Ia membisikkan kehidupan ke dalam tubuh tak bernyawa seorang anak perempuan Yairus, namun orang masih sinis menanggapinya.
  • Ia membiarkan seorang dewasa yang bernama Lazarus berada dalam kubur selama 4 hari, kemudian memanggilnya kembali kepada kehidupan tetapi rupanya belum cukup juga.
  • Ia menjamah seorang anak muda di Nain dan membuatnya hidup kembali, tetapi pengikut-pengikut-Nya masih belum yakin.
  • Ia membisikkan kehidupan ke dalam tubuh tak bernyawa seorang anak perempuan Yairus, namun orang masih sinis menanggapinya.
  • Ia membiarkan seorang dewasa yang bernama Lazarus berada dalam kubur selama 4 hari, kemudian memanggilnya kembali kepada kehidupan tetapi rupanya belum cukup juga.

Tujuan Yesus melakukan mukjizat-mukjizat ini adalah untuk memberikan pengajaran bahwa Ia senantiasa hadir dalam setiap situasi, bukan hanya pada kehidupan manusia saja tetapi juga dalam situasi kematian. Dia membangkitkan orang mati bukan demi orang mati itu tetapi demi mereka yang hidup agar mereka percaya akan kuasa-Nya dan setia kepada-Nya.

Yesus telah membuktikan bahwa Dia dapat melakukannya. Dia akan melakukannya lagi untuk semua orang yang percaya dan mengasihi-Nya. Suara yang sama yang membangunkan anak muda di Naim, yang menggerakkan anak perempuan Yairus, yang membangkitkan mayat Lazarus, suara yang sama pula akan berbicara kembali...... suara yang akan menuntun dan mengumpulkan anak-anak-Nya kelak memasuki Kerajaan Surga.

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi