Riwu Ga Dari Pegangsaan Timur

  19 Aug 2010, 17:45

Seorang katolik pernah bertanya begini: Di Pegangsaan Timur 56, ketika Soekarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia, ada orang katolik/ kristen nggak? Pertanyaan serius atau iseng? Kurang jelas. Yang pasti, sangat sulit mendapat informasi untuk menjawabnya. Soalnya, tidak ada daftar hadir saat itu, maka bahkan berapa orang hadir pun tidak diketahui. Semua serba darurat dan tergesa-gesa. Soekarno melukiskan peristiwa itu sebagai berikut:

Riwu Ga Dari Pegangsaan Timur

"Upacara itu tidak pakai protokol. Tidak seorang-pun ditugaskan. Tidak ada yang berlangsung menurut acara, karena memang tidak ada acara... Upacara sederhana sadja. Aku berjalan ke arah pengeras suara yang dicuri dari stasiun radio Jepang dan dengan ringkas mengucapkan pernyataan kemerdekaan kami. Istriku telah membuat sebuah bendera dari dua potongan kain. Sepotong kain putih dan sepotong kain merah. Tiang bendera dibuat sepanjang batang bambu yang dipotong secara tergesa-gesa... Tidak ada orang yang ditugaskan untuk mengerek bendera. Tidak ada musik. Setelah bendera naik melambai-lambai, kami menyanyikan lagu Indonesia Raya.. Revolusi telah dimulai".

Ikut hadir di Pegangsaan Timur saat itu para pemuda yang tak sabar menunggu, Barisan Pelopor serta berbagai pihak yang mengetahui rencana proklamasi kemerdekaan itu. Di antara mereka ada Riwu Ga, pemuda asal Ende (Flores). Sudah 14 tahun Riwu Ga mengikuti keluarga Bung Karno sebagai pembantu pribadi sejak awal pembuangannya di Ende (Flores) (1934-1937). Sejak berusia 16 tahun ia selalu ada di dekat Bung Karno. Dan Bung Karno kagum akan kesetiaan dan kejujurannya. Maka ia mengajak Riwu ke pembuangannya di Bengkulu, lalu ke Jakarta. Tidak jelas apakah waktu itu Riwu beragama katolik, kristen Protestan, atau masuk Islam.

Dalam sebuah buku wawancara langsung dengan Riwu Ga, berjudul Riwu Ga, 14 Tahun Mengawal Bung Karno, dikatakan ia hadir di Pegangsaan Timur tanggal 17 Agustus 1945. Banyak yang menangis. Bung Karno bernyanyi keras-keras (Indonesia Raya). Segera setelah upacara itu, Bung Karno memberi perintah kepada Riwu Ga: "Wo, kini giliran kamu. Sebarkan kepada penduduk Jakarta bahwa kita sudah merdeka. Bawa bendera!" (Bung Karno memanggilnya dengan panggilan akrab Wo). Maka sambil berdiri di atas mobil jip terbuka tanpa rasa takut sedikitpun ia ke Tanah Abang, Pasar Baru, Jatinegara, Pasar Ikan dan tempat-tempat lain. Sambil mengibar-ngibarkan bendera ia berteriak-teriak: Kita merdeka! Kita merdeka! Banyak orang jadi tahu, dan berita itu tersebar luas dari mulut ke mulut, karena Jepang sudah menyegel radio.

Setelah Bung Karno menjadi Presiden, Riwu Ga pamit. Ia tahu diri. Ia pergi ke Pulau Timor dan menjadi petani di sana sampai wafat di rumah sakit, Sabtu, 17 Agustus 1996, ketika berusia 78 tahun. Megawati Soekarnoputri menulis: "Riwu Ga begitu dekat dengan Bung Karno karena dia satu-satunya yang berada di samping Bung Karno pada saat-saat yang paling berat dalam perjuangan ini. Riwu Ga menjadi sekerup kecil yang sangat menentukan... Andaikata ia tidak ada dan tidak dekat Bung Karno, dan sejuta andaikata lagi, bisa membelokkan sejarah negeri ini". Maka, apakah Riwu Ga seorang kristen? Tidak terlalu relevan. Yang terpenting teladannya: setia, jujur, rendah hati, dan menjunjung tinggi hal-hal yang mulia demi kesejahteraan lebih banyak orang.

(Leo Jegho)

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi