Giat Membumikan Kitab Suci

 Judith Wijaya  |     17 Apr 2017, 20:51

Tahun 2008, Adrian Wibisana Djuardi bersama beberapa orang dari Paroki Tomang-Gereja MBK ingin

belajar memperdalam kitab suci yaitu Spiritualitas Emmaus Journey (EJ). Lalu terbentuklah dua grup EJ

Angkatan I dan dilaksanakan di MBK selama sembilan bulan. Setelah selesai, ditanyakan lebih lanjut

apakah mau menjadi Fasilitator EJ. "Saat itu saya langsung menjawab ya dan tidak ada keraguan sedikit

pun," ucapnya.

Sebagai seorang Fasilitator EJ, Adrian merasakan banyak orang berubah dari habitus lama menjadi

habitus baru, tidak hanya membaca kitab suci tapi juga merenungkan dan menjadi pelaku firman.

"Hingga tahun 2017 sudah sampai EJ Angkatan IX. Disitu saya ada perasaan puas, bisa membawa umat

katolik bagaimana mengenal ajaran Yesus dan pelaku firman. Tentunya semua berubah bagaimana

melihat dari sudut positif dan negatif. Melihat dari sisi negatif menjadi jelek. Jika melihat dari sisi positif

menjadi baik dan bagus," tegasnya.

Adrian atau dikenal Bapak EJ MBK mempunyai tujuan ke arah damai sejahtera, bukan duniawi. Baginya,

kebahagiaan tidak bisa dibeli. Jika sabar terhadap anggota maka tidak akan menjadi pertengkaran.

"Kalau saya tidak mengenal EJ, bisa saja saya mengikuti emosi dan terjadi pertengkaran, mudah jatuh,

tapi saya mencari sukacita," tuturnya.

Pria kelahiran 3 November 1943 ini berprinsip dasarnya adalah kasih. Seperti kata St. Hieronimus, "Tidak

mengenal kitab suci berarti tidak mengenal Kristus". Maka orang menjadi katolik berarti pengikut

Kristus. "Kalau tidak kenal Kristus berarti kita ikutin siapa dong?" tanyanya.

"Ikut Yesus tidak ada ruginya karena Yesus adalah kasih. Keuntungan terbesar adalah hidup tenang,

damai, sukacita, sehat, dan bisa panjang umur," pesannya.

Lihat Juga:

• Warta Minggu Digital (PDF)

Serba-Serbi (WM) Lainnya...