Pengumum Konferensi Keluarga Katolikan

 Michael Widi Susanto  |     25 Jun 2017, 05:02

Pada hari Kamis (1/6/2017) Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) menyelenggarkan Konferensi Keluarga Katolik di Mega Glodok Kemayoran. Acara ini merupakan ajang pertemuan keluarga-keluarga Katolik di Jakarta. Melalui acara ini, keluarga Katolik diajak untuk mampu memahami lebih dalam makna hidup berkeluarga. Gereja, khususnya KAJ sangat memahami pentingnya kehidupan berkeluarga. Gereja melihat keluarga sebagai gereja kecil, tempat dimana awal mula kehidupan beriman dimulai dan diajarkan sehingga dapat bertumbuh. Dengan tema besar Keluarga adalah Sekolah kehidupan, gereja sungguh ingin menguatkan kehidupan keluarga Katolik. Gereja tidak mampu tumbuh berkembang menjadi kuat apabila keluarga-keluarga Katolik juga tidak mampu tumbuh dan berkembang.

Pengumum Konferensi Keluarga Katolikan

Di sisi lain Gereja juga menyadari, apalagi di zaman sekarang, tantangan untuk membangun keluarga Katolik yang setia dan solid sungguh amat berat. Data mengatakan bahwa keluarga Katolik yang bermasalah berat, bahkan sampai pada 'perceraian' ternyata tidaklah sedikit jumlahnya. Hal inilah yang menjadi keprihatinan gereja, dan harus dilakukan sesuatu untuk mencegah dan menyelamatkan keberlangsungan keluarga Katolik.

Konferensi Keluarga Katolik menjadi ajang yang sangat baik untuk membantu para keluarga semakin menyadari dan memahami 'kesakralan' hidup berkeluarga, melalui sharing iman para narasumber, penyampaian pengetahuan-pengetahuan praktis mengelola keluarga, dan lain-lain.

Konferensi Keluarga Katolik dimulai pukul 09.00-10.00 WIB yang merupakan sesi pleno bagi seluruh peserta, diantaranya menyampaikan spirit dan latar belakang diadakan acara ini, penjelasan susunan acara keseluruhan.

Tema Konferensi

Tema besar Konferensi dibagi-bagi ke dalam sub-sub tema, dimana pada sesi pagi dari pukul 10.00-12.00 WIB ada 8 sub tema yang dapat dipilih untuk diikuti. Sub-sub tema tersebut adalah:

  1. Barometer Perkawinan
  2. Parenting yang Mendatangkan Sukacita
  3. Istri yang Diberkati
  4. Sudah Maksimalkah Aku?
  5. Keluarga dengan Anak Berkebutuhan Khusus
  6. Seksualitas Pasutri
  7. Anak: Tujuan vs Karunia
  8. Perencanaan Keuangan Keluarga

Sub-sub tema ini dibahas dalam kelas-kelas kecil dengan pembicara masing-masing. Setiap peserta/keluarga bebas memilih untuk mengikuti kelas sub tema yang diminatinya.

Penulis mengikuti sub tema Anak: Tujuan vs Karunia, dengan narasumber pasutri Stefanus dan Ingrid Tay (pendiri dan pengelola website kaltolisitas.org). Acara dibawakan dalam bentuk talk show.

Ada poin-poin penting dan menarik yang disampaikan oleh narasumber pasutri Stefanus-Ingrid, di antaranya:

  1. Dalam situasi dunia saat ini, Gereja menyadari kesulitan dan tantangan berat yang dialami oleh keluarga Katolik. Dalam dokumen Familiaris Consortio yang dikeluarkan oleh Santo Paus Yohanes Paulus II, gereja menyatakan kehadirannya untuk mendukung keluarga-keluarga Katolik dalam menghadapi kesulitan dan tantangan hidup keluarga, terutama yang mengancam nilai-nilai sakral keluarga.
  2. Dalam dokumen tadi Paus sesungguhnya ingin mengingatkan kepada kita mengenai panggilan hidup kita sesungguhnya terutama dalam berkeluarga dan juga secara umum. Pasutri Stefanus dan Ingrid juga menambahkan bahwa semua manusia tentu ingin bahagia, dan kebahagiaan sejati bisa kita terima ketika kita mengambil bagian dalam kebahagiaan Allah. Manusia hidup untuk mengasihi dan dikasihi.Ketika manusia tidak pernah mengalami kasih, tidak pernah mengambil bagian dalam mengasihi dan dikasihi, dia tidak menemukan arti hidup. Pernyataan ini menjadi relevan utuk kita semua, apakah bagi mereka yang menikah atapun tidak menikah, punya anak maupun tidak, kalau kita tidak pernah mengalami kasih kita berasa hidup kita kosong, lalu untuk apa. Kalau kita sekarang sudah tahu maka mari kita lakukan kasih yang sesungguhnya, yang tulus dan seturut kehendak Allah, memberi diri bagi orang lain, yang dicontohkan oleh Yesus sendiri dengan pengorbanannya di kayu salib. Kasih yang memberi diri ini, meski mungkin tidak popular untuk manusia saat ini, sesungguhnya inilah kasih yang bisa mendatangkan kebahagiaan sejati pada diri manusia.
  3. Keluarga harus menjadi persekutuan kasih dan kehidupan. Ini yang sesungguhnya menjadi dasar perkawinan. Dengan mengambil contoh Allah Trinitas, yang merupakan persekutuan kasih; Allah begitu mengasihi Putera dan Putera begitu mengasihi Bapa, dan pertukaran kasih ini menghasilkan Roh Kudus. Begitu juga dengan suami dan istri yang saling memberikan diri seutuhnya yaitu kasih dan pertukaran kasih ini akan membuahkan keturunan. Komunitas kasih yang menghasilkan buah, karena kasih memang harus berbuah.
  4. Bagaimana dengan anak? Jika anak dipandang merupakan sumber kebahagiaan, lalu bagaimana jika sumber kebahagaiaan yaitu anak tidak kunjung diberikan. Memang salah satu tujuan perkawinan Katolik adalah terbuka terhadap kelahiran, namun ada juga tujuan lainnya yaitu saling membahagiakan dan mengasihi pasangan. Jika salah satu tujuan tidak tercapai dalam hal ini anak maka jangan lupakan tujuan lainnya, yaitu mengasihi pasangan. Satu hal lagi yang penting adalah bahwa anak adalah merupakan karunia dan bukan hak. Kalau kita menganggap anak adalah hak maka bisa terjadi kita menuntut kepada Allah, namun kalau kita menanggap anak sebagai karunia maka kita akan tetap mampu mensyukuri baik ada anak maupun tidak.
  5. Pasutri Stefanus-Ingrid sendiri belum dikaruniai anak hingga saat ini. Perlu pengorbanan dan perjuangan yang sungguh tidak mudah dan tidak singkat hingga mereka akhirnya mampu menerima keadaan tanpa anak ini dengan penuh ikhlas dan syukur. Mereka akhirnya menerima bahwa Allah mempunyai rencana lain terhadap mereka. Dengan tetap saling mengasihi sebagai suami istri, kemudian terlibat aktif dalam berbagai pelayanan, mereka tetap mengalami kebahagiaan yang membuat mereka selalu dapat bertahan menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan
  6. Satu hal menarik lain yang sempat dibahas adalah mengenai perencanaan kelahiran. Satu-satunya metode yang diizinkan oleh gereja Katolik adalah metode KB alami. Menurut mereka, gereja dalam membuat aturan memiliki tujuan yang sungguh mulia. Dalam metode alami ada momen-momen saat pasutri (saat istri dalam masa subur) harus melakukan pengendalian diri terhadap keinginan untuk berhubungan seksual. Latihan pengendalian inilah yang ternyata dapat berdampak positif terhadap relasi suami-istri; mereka bisa semakin saling mengasihi. Hal ini pulalah yang memampukan suami-istri mengendalikan diri untuk tidak melakukan perselingkuhan. Ini mereka dapatkan dari berbagai pengalaman mereka dalam memberikan pelayanan terhadap keluarga-keluarga. Di sisi lain mereka juga 'menantang' Gereja; kalau memang gereja konsisten terhadap metode KB alami, maka alangkah baiknya gereja melalui paroki-paroki membuat semacam seminar/workshop mengenai KB alami, sehingga banyak calon pasutri, pasutri muda yang semakin memahami mengenai metode ini, apa dasar hukum gerejanya, bagaimana caranya, dan sebagainya.

Sesi Siang Hari

Sesi pagi berakhir pukul 12.00 WIB dan selama satu jam berikutnya digunakan bagi peserta untuk istirahat makan siang. Sesi siang dilanjutkan dengan berbagi topik yang berbeda-beda juga seperti halnya sesi pagi. Sesi siang yang berlangsung dari pukul 13.00-15.00 WIB terbagi dalam beberapa subtema:

  1. Single Parenthood
  2. Keluarga bijak Gadget
  3. Sehati - seiman temukan cinta sejatimu
  4. Pendidikan seks pada remaja
  5. Pernikahan kedua
  6. Quo Vadis: keluarga vs pelayanan
  7. Penyembuhan dalam keluarga
  8. Lebih baik berdua (sessi tambahan)

Untuk sesi kedua, penulis mengikuti sub tema Penyembuhan dalam keluarga. Dalam sesi ini pembicara (Andy Chandra dari Bandung dan Eleine Magdalena dari Malang -bukan pasutri-) memberikan sharing iman dalam pengalaman hidup mereka. Bagaimana mereka mengalami kekecewaan-kecewaan, pengalaman-pengalaman menyakitkan yang membuat mereka mengalami luka batin. Pada akhirnya mereka mampu menyembuhkan luka-luka batinnya hanya dengan kasih dan pengampunan. Saling mengasihi dan saling mengampuni merupakan cara yang paling ampuh untuk menyembuhkan luka batin. Apakah mudah? Tentu saja tidak, mereka juga harus mengalami perjuangan dan pengorbanan yang sangat tidak mudah. Namun dengan bersandar kepada kekuatan Allah mereka mampu melakukannya.

Sesi berikutnya merupakan sessi pleno pukul 15.00-16.00 WIB, dimana semua peserta berkumpul di ballroom. Acara diisi talkshow dengan narasumber Mgr. Ignatius Suharyo, Romo Purbo, Romo Erwin dan moderator Romo Andang. Talk show dibuka oleh Mgr Ignatius Suharyo yang menekankan mengapa gereja begitu peduli terhadap kehidupan keluarga-keluarga Katolik. Bahwa Gereja selalu berupaya dengan berbagai cara untuk men-support keluarga-keluarga Katolik agar mampu bertahan dalam menghadapi kesulitan dan tantangan. Selebihnya banyak diisi dengan diskusi dan tanya-jawab dari peserta yang banyak bertanya mengenai permasalahan-permasalah praktis dalam hidup berkeluarga.

Penulis datang sekeluarga dengan dua anak, dan selama mengikut sesi, anak-anak berkumpul dalam kelas tersendiri dalam kelas Bina Iman Anak dan Bina Iman Remaja. Setengah jam berikutnya dipakai oleh panitia untuk mempersiapkan misa kudus.

Konferensi Keluarga Katolik ditutup dengan Misa Kudus pukul 16.30 WIB dan dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta Mrg Ignatius Suharyo, konselebrasi dengan uskup-uskup regional Jawa. Syukur atas 210 tahun KAJ juga menjadi tema misa. Dalam misa ditambahkan dua acara khusus yaitu pembaharuan janji perkawinan dan pemberkatan anak-anak oleh Uskup.

Pukul 18.00 WIB Misa Kudus selesai dan berakhir pulalah Konferensi Keluarga Katolik Jakarta. Penulis pulang dengan penuh rasa syukur, banyak hal baru yang didapat melalui acara ini. Serta semakin mampu memahami bagaimana seharusnya kasih sejati dilakukan dalam keluarga yang pada akhirnya mampu memberikan kebahagiaan kepada seluruh keluarga. Juga menyadari bahwa hal ini sungguh tidak mudah, namun percaya bahwa dengan bimbingan Roh Kudus dan bersandar pada kekuatan Allah akan dapat memampukan kami. Amin.

Lihat Juga:

Serba-Serbi (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi