Pertemuan Pertama Bulan Kitab Suci Nasional

 Elisabeth Iskandar  |     8 Sep 2014, 11:48

Melayani Dengan Tulus, Belajar dari NEHEMIA (Neh 5: 14-19)

Nehemia termasuk kelompok orang Yahudi yang dibuang ke Babel. Disini ia mendapat jabatan penting bekerja sebagai juru minuman raja Persia-Media, Artahsasta, artinya ia harus mencicipi dulu minuman raja. Bila ada racun maka ia merasakan dulu akibatnya. Seorang juru minuman seringkali menjadi sahabat, pelindung dan penasihat raja.

Berita buruk tentang keadaan orang Yahudi yang menderita serta tembok Yerusalem yang hancur serta gerbang-gerbangnya terbakar, membuat Nehemia menangis, berpuasa dan berdoa kepada Allah. Nehemia prihatin akan nasib bangsanya dan Yerusalem. Setelah empat bulan berdoa dan merenung barulah ia menghadap raja mohon diizinkan pulang ke Yerusalem untuk melaksanakan visi dan misi pembangunan kembali tembok Yerusalem. Nehemia berani meninggalkan kenyamanan dirinya sendiri di istana demi kepedulian akan bangsanya.

Misi Nehemia mendapat bahyak tantangan. Dari luar Yerusalem, bupati Samaria, Sanbalat dan kroninya mengolok, menghina bahkan menyerang secara fisik. Serangan dan tuduhan macam-macam mengecilkan hati anak buahnya, tetapi Nehemia memotivasi mereka bahwa pembangunan tembok menyangkut harga diri keluarga, bangsa dan kepentingan bersama. Hambatan dari dalam berasal dari para pejabat Yahudi yang korup, praktek ketidak-adilan, masalah kelaparan dan pemerasan. Masalah sosial ekonomi menyusahkan Nehemia, tetapi ia yang takut akan Allah berdoa: "Allah semesta langit Dialah yang membuat kami berhasil. Kami hamba-hamba-Nya telah siap untuk membangun" (Neh2:20). Andalan Nehemia adalah kuasa Allah, bukan kekuatan diri sendiri.

Keberhasilan Nehemia didukung juga sikap yang diperlukan seorang pemimpin dengan visi dan misi yang terperinci, pengaturan kerja yang jelas rapi serta keterlibatannya langsung dalam karya akbar ini, bukan hanya omong atau perintah saja. Lebih lanjut ia tidak mau menerima upah yang layak diterimanya sebagai bupati untuk memperkaya diri atau kepentingan pribadi dan kelompok. Ia hanya memikirkan kesejahteraan sesama, ia seorang yang saleh, tulus dan berharap Allah akan memberikan ganjaran atas pengorbanannya.

Bukankah pemimpin model ini yang kita dambakan?

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi