Felisitas dan Panggilan Kemartiran Masa Kini

 Sigit Kurniawan  |     9 Jul 2016, 11:57

Felisitas merupakan seorang perempuan sekaligus ibu yang mengalami kemartiran pada abad II. Dia seorang Kristen bangsawan yang taat yang tinggal di Roma dan hidup pada masa Kaisar Antonius Pius.

Felisitas dan Panggilan Kemartiran Masa Kini

Semangat kemuridannya dan kesaksian imannya akan Yesus mengantar banyak orang menjadi Kristen. Ini yang membuat imam-imam pemuja dewa tidak suka dan menghasutnya sebagai musuh negara karena hidup Felisitas dinilai membuat murka para dewa.

Negara kemudian menangkap Felisitas dan menjatuhinya hukuman mati. Tetapi, ibu ini tidak sendirian. Ia ditangkap bersama ketujuh anaknya. Perempuan ini dipaksa menyaksikan anak-anaknya dijagal satu per satu di depan matanya sebelum ia sendiri mati sebagai martir karena keyakinannya pada Yesus.

Drama tragis Felisitas terjadi pada masa lampau. Tetapi, belakangan, kekejian dan penindasan terhadap pihak-pihak yang berbeda keyakinan, termasuk umat Kristen, marak terjadi. Keluarga-keluarga terpaksa mengungsi dan terlunta di tanah asing. Bahkan, kekerasan sedemikian ekstrem yang menimpa mereka bisa ditonton melalui kanal-kanal media sosial, seperti YouTube dan sebagainya. Misalnya, orang dipenggal hidup-hidup.

"Kemartiran masih menjadi darah kehidupan Gereja saat ini. Kemartiran merupakan ekspresi kepenuhan iman Kristen," ujar Paus Fransiskus seperti dikutip dari situs Catholic News Agency. Bahkan, Paus Jesuit asal Argentina ini mengajak umat Kristen untuk selalu siap menjadi martir. "Seorang martir itu bukan dilahirkan. Tetapi, ini adalah rahmat dari Tuhan bagi semua orang yang dibaptis," ujar Paus.

Namun, semangat kemartiran ini, sambung Paus, tidak harus diwujudkan dalam kematian karena iman. Tetapi, dalam setiap tindakan pemberian diri kepada Tuhan dan sesama. Termasuk dalam komitmen menjalankan setiap tugas sampai selesai dalam keheningan maupun dalam doa. Semangat kemartiran tak lain adalah semangat menaklukkan diri sendiri demi nilai-nilai yang diwartakan Yesus sendiri. "Kemartiran ini lebih pada memberikan hidup untuk orang lain sedikit demi sedikit," katanya.

Bisa jadi, semangat kemartiran ini terwujud dalam perjuangan ibu-ibu yang mempertahankan lingkungannya dari perusakan alam oleh pabrik semen. Bisa jadi, semangat ini terwujud dalam ruang belajar yang mana anak-anak belajar dengan tekun. Semangat ini juga terwujud dalam penegakkan nilai kejujuran di tengah arus korupsi. Dan, kita bisa mewujudkan semangat kemartiran itu di mana saja dan kapan saja. Sudah siapkah kita menjadi martir?

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi