Menemani Yesus di Ruang Adorasi

 Helena D.Justicia  |     28 Jan 2017, 09:28

Ruangan itu tak begitu besar, sekitar 4x4 meter. Berpenerangan dan berpendingin cukup, membuat orang yang duduk di dalamnya merasa nyaman. Ruang Adorasi 'Hati Kudus Yesus', berlokasi di lantai 2 Auditorium MBK, dibuka 24 jam dalam sehari.

Menemani Yesus di Ruang Adorasi

Kehadiran yang Membawa Perubahan

Berbagai alasan umat untuk singgah di ruang adorasi. Ada yang mengisi waktu untuk berdoa, sembari menunggu anak sekolah atau suami/istri yang sedang ada kegiatan gereja. Ada juga yang memang khusus datang untuk berdoa, baik sebagai kegiatan rohani rutin maupun dalam kaitan dengan persoalan hidup atau ujud tertentu.

"Saya diminta Bapa Pengakuan saya untuk beradorasi Ekaristi satu jam setiap hari," ujar Tia, 45 tahun. "Awalnya saya tidak tahu mau ngapain dan apakah tahan selama 1 jam. Saya cuma disuruh bercakap-cakap dengan Yesus." Ternyata lambat-laun Tia mengalami perubahan dalam dirinya. "Awalnya saya jengkel, apa ya dosa saya seberat itu sampai harus dihukum tiap hari beradorasi. Tapi lama-lama saya mengerti bahwa ini bukan hukuman, namun justru sarana untuk bertobat dan membuat hidup saya lebih baik."

Hal senada diungkapkan Meina, 57 tahun. "Berdoa di ruang adorasi memberikan ketenangan, karena Yesus hadir dan bersama kita mengurai persoalan." Meina mengaku, jika mengalami masalah atau pikiran sedang tidak tenang, ia akan segera ke ruang adorasi. Kebetulan rumahnya dekat dengan MBK. "Setelah beradorasi, saya jadi tenang, tak mudah marah-marah."

Seorang prodiakon mengaku beradorasi rutin sebagai panggilan tugasnya. "Sebagai prodiakon, saya membagikan komuni ke umat. Saya merasa perlu meluangkan waktu tersendiri untuk menghormati Sakramen Mahakudus." Dalam situasi batin apapun, ia berdoa. "Saya jadi bisa merasakan kehadiran Allah dalam setiap peristiwa hidup, yang senang, sedih dan macam-macam lainnya."

Kisah menarik dituturkan Lucia, 26 tahun. Suatu petang ia berkonsultasi dengan seorang imam tentang problem hidupnya. Keduanya tak menemukan titik terang bagi masalah itu.

"Romo lalu mengajak saya ke ruang adorasi dan berdoa. Kami berdoa cukup lama, kata Romo supaya Tuhan sendiri yang memberikan jalan. Syukurlah, akhirnya kami mendapat petunjuk untuk menyelesaikan persoalan."

Perlu Keterlibatan Umat untuk Menjaga

Dalam sehari, puluhan orang datang silih berganti untuk berdoa di ruang adorasi. Kendati disediakan buku kunjungan, tak semua orang mengisi. Hanya sekitar sepertiga saja yang menuliskan nama, Lingkungan serta jam doanya. Banyak juga umat dari paroki lain.

"Kebetulan MBK ada di jalur saya pulang, jadi saya bisa mampir," ujar Sergius yang umat Paroki Serpong. Kisah yang sama dituturkan Reny, umat Paroki Kosambi.

Rata-rata umat membutuhkan waktu 15 menit hingga 1 jam untuk berdoa. "Saya berdoa pas jam kerahiman," ujar Viola, 52 tahun. "Biasanya jam-jam siang menjelang sore hingga Magrib itu sepi." Viola mengaku, ia tak terlalu nyaman jika ada umat yang juga berdoa namun tak menjaga tingkah lakunya. "Ada yang berisik karena sibuk dengan barang-barangnya, sehingga saya jadi tidak khusyuk berdoa."

Malahan, pernah saat Viola berdoa, tiba-tiba ada orang yang mengajaknya ngobrol. Merasa terganggu, Viola lantas melpor pada satpam gereja. Satpam kemudian mengawasi & mengajak bicara orang itu, yang ternyata setiap hari bisa berjam-jam di ruang adorasi. "Ruang adorasi itu kan digunakan bersama, jadi kita perlu menjaga sikap," tegas Viola.

Berbeda halnya dengan Tia. "Kalau di ruangan sudah ada 3 orang, saya memilih berdoa di kapel. Memang panas karena AC tidak dihidupkan, tapi tidak apa-apa. Kalau di kapel sedang ada kegiatan, saya pindah ke gereja. Pokoknya saya mencari tempat yang tenang dan nyaman."

Ketenangan itu pula yang diharapkan Viola dapat lebih dirasakan. "Ruang adorasi MBK itu kurang kedap suara. Orang jalan di tangga saja kedengaran, apalagi kalau anak-anak berlarian atau berteriak-teriak." Padahal, di dinding luar sudah ada papan untuk menjaga keheningan. Mungkin tulisan di papan itu tak terbaca oleh mereka.

"Banyak orang yang lewat, tapi sedikit yang berdoa. Sayang juga, ya," ujar Tia. "Saya sering menjumpai ruang adorasi kosong. Karena jam kerja saya fleksibel, saya jadi bisa datang sewaktu-waktu. Rasanya sedih jika melihat ruang itu kosong. Saya lalu berlutut dan berdoa: ya Yesus, izinkan saya menemani-Mu."

Lihat Juga:

Tema Minggu (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi