Presiden

  1 Nov 2014, 17:32

Ini kisah tetua ketika melihat nuansa penyambutan rakyat terhadap presidennya, Djoko WI/JK tanggal 20 Oktober 2014 lalu. Mengingatkan tanggal 28 Desember 1949 ketika Bung Karno BK presiden pertama RI kembali dari Yogyakarta ke Jakarta menuju Istana Merdeka. Dielu-elukan puluhan ribu rakyat mengantarkan ke Istana dan di depan Istana Merdeka penuh lautan manusia. Sebuah momentum sosial historis yang membawa rakyat bisa berperan, namun peran posisinya beda. BK adalah presiden yang didukung rakyat sementara JKW adalah presiden yang mendukung rakyat.

Presiden

BK dengan segala kehebatannya yang spektakuler dan pada masa tuntutan zamannya memimpin rakyat di depan dan diikuti oleh rakyat. JKW dengan segala kesederhanaannya mengikuti kehendak rakyat dari belakang dan hanya kalau masalah eksekusi maka ia akan di depan. BK memang dilahirkan untuk memimpin bangsa untuk lepas dari penjajahan maka ia memilih jalan politik. Menyadari seorang pemimpin harus bergas dan berpenampilan meyakinkan sekali lagi karena tuntutan zaman. Pandai pidato mengobarkan semangat. Sementara JKW semula memilih jalannya sebagai tukang kayu jualan mebel, riwayatnya jauh dari hiruk pikuk politik dan ambisi kekuasaan. Sejak awal ia selalu didorong-dorong untuk jadi pemimpin, gaya bicaranya lurus-lurus saja jauh dari pengibulan sehingga tak membuat kesan. Namun hasil kerjanya mengesankan.

Orang Solo mengatakan JKW itu lugu tur kuru, wagu lagipula kurus, didandani kaya apa saja,ya, tetap wagu. Namun lihat gaya blusukannya. Di tengah rakyat jelata dengan baju putih lengan tergulung terasa dan terlihat kewibawaannya. Ia jauh dari mementingkan citra, jaim, jaga imej. Di mana opini umum yang tercermin di media sosial, pemimpin yang jaga imej pura-pura wibawa dan membangun citra terus menerus. Malahan membayar mahal dengan memanen korupsi segenap jajarannya. JKW bukan produk pencitraan kosong, ia sudah teruji dengan digebuki berbagai macam fitnah.

Kita sekarang punya presiden yang kalau bicara tidak pernah ndakik-ndakik, semua dengan bahasa rakyat yang mudah dimengerti. Karena ia memang presiden penerjemah kehendak rakyat.

(Ed)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi