Harapan

  1 May 2014, 22:37

Pengalaman penulis sebagai ketua paguyuban pensiunan perusahaan, yaitu ketika menengok teman yang sakit berat? Adalah kalau sembuh juga malahan mempercepat "bablas angine". Namun ada peristiwa yang membuat inspiratif,yaitu salah seorangnya berusaha untuk sembuh karena ingin menyaksikan Indonesia dipimpin oleh presiden baru. Ia memang sudah muak dengan kondisi sekarang terutama jenis manusia pemimpinnya dari yang tertinggi sampai terendah amburadul semuanya. Imajinasi kebangsaan sudah punah dari memori, membuat wabah berpikir selalu menikung dan sesat. Seperti politik transaksional, dagang sapi dst. Ia menunggu sampai memasuki awal abad ke-21 Indonesia tidak beringsut dari diskursus primitif politik aliran. Terlebih-lebih ia muak dengan para pemimpin politik yang berbasis agama.

Harapan

Dari inspirasi ini maka penulis ketika mengunjungi teman yang tengah sakit lainnya, memberi motivasi," Saya doakan kamu cepat sembuh, supaya kita sama-sama menyaksikan Indonesia punya presiden baru!" Bak bertingkah seperti Bang Ali, eks gubernur DKI ketika memberi semangat sahabatnya, Hoegeng Imam Santoso, eks Kapolri yang terkenal kejujurannya ketika sakit-sakitan karena umur sepuh." Kamu jangan mati dulu. Katanya kamu ingin menangi lengsernya Soeharto? " Dari kedua cerita inspirasi itu, kita memang mempunyai harapan, bukan saja harapan satu dua orang melainkan harapan semua bangsa ini untuk melihat adanya "setitik cahaya dari timur" untuk memperbaiki Negara dan bangsa ini.

Memang, kita merindukan pemimpin yang mempunyai visi dan misi sebagaimana yang sudah ditunjukkan oleh para bapak-bapak bangsa pendiri Negara ini. Meski zamannya berbeda tetapi dengan landasan imajinasi yang kuat untuk mensejahterakan bangsa dapat membuka kabut-kabut gelap membuka jalan menuju masa depan. Mengubah kemustahilan menjadi kemungkinan. Ketika itu imajinasi kuatnya adalah menuju Indonesia merdeka. Kini, bagaimana imajinasi itu para pemimpin yang pro rakyat dalam arti luas. Khusus bagi kita umat minoritas pentingnya pemimpin yang benar-benar plural, tangkas menghadapi gerecokan yang berhasrat mendirikan "Negara agama" dengan preferensi yang tak jelas ujung pangkalnya. Akibat ketakutan sendiri, kegagapan melihat ruang bangsa yang plural.

Ada iman, harapan, dan kasih. Terlebih harapan mempunyai pemimpin yang bisa menciptakan cakrawala baru. Bukan dengan pencitraan, tetapi perbuatan nyata.

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi