Paska, Inspirasi Kebangkitan dan Pengampunan

 Ign. Sunito  |     4 Apr 2015, 19:06

Menjelang merayakan Paska 2015 Paguyuban Adi Yuswa MBK merayakan hari Valentine Hari Kasih Sayang, dimana diisi kesaksian kisah kasih anggota di antaranya penulis sendiri. Tidak saja kisah kelucuan tetapi bagaimana keseriusannya antara lain kisah penulis sendiri dengan pasangan yang secara "hitam putih" sebenarnya berbeda. Dari semula berbeda kepercayaan, latar belakang keluarga, pendidikan, bahkan rasi bintang, hobi, sikap bertingkah laku. Dan perbedaan yang menyolok adalah bahwa penulis laki-laki dan dia wanita, ha,ha,ha... dst. yang pada pokoknya kalau dipertentangkan pasti tak bisa terus sampai 38 tahun usia perkawinan. Kok, bisa? Penulis ingat kata-kata budayawan Goenawan Mohammad ketika tulisannya tentang Paska di TEMPO mengutip kata-kata Yesus, "Jika akan ada kasih di antara kalian berdua, AKU akan ada di sana." Nah, karena ada kasih pasti ada pengampunan. Kita saling mengampuni diri di antara kita sendiri dulu sebelum mengampuni orang lain.

Paska, Inspirasi Kebangkitan dan Pengampunan

Lalu apa hubungannya dengan Paska? Kembali kepada kisah 2000 tahun lalu di kota Yerusalem dalam Jumat Agung merupakan Black Friday bukan Good Friday. Di sana pemimpin agama yang katanya saleh, penguasa kekuasaan, dan massa bersatu dalam kegarangan dan dipadu angkara menimpakan penyiksaan dan kutukan kepada seorang Nabi yang welas asih. Apapun yang dilakukan terhadap-Nya dengan dalih menghukum penghujat? Tuduhan sebagai penguasa tandingan? Meracuni opini massa bahwa Dia Raja yang sebenarnya? Pokoknya fitnah segala fitnah. Maka dosa bergelimangan di kota Daud.Di sanalah ada seruan "YA, BAPA AMPUNILAH MEREKA!!".Doa yang menjungkirbalikkan semua perhitungan manusia dan membuktikan keteguhan Sang Penebus Sejati. Doa yang mengatasi kelemahan dan dendam kesumat antar manusia dan kepongahan laknat-melaknat antar manusia'.

Roh Kristiani memancar dari sana. Kita, sebagai umat Kristiani sebagai pengikut Kristus belajar dengan rendah hati menjiwai "Ampunilah mereka" sebagai pengakuan bahwa aku telah mengampuni mereka. Bukan sembarangan mereka tanpa wajah, melainkan mereka yang telah berbuat jahat kepadaku, yang telah menyengsarakanku, bahkan telah sengaja menimpakan derita kepadaku. Juga pengakuan bahwa aku pun diampuni Tuhan, aku bukan orang suci tanpa dosa maupun kesalahan, aku adalah orang lemah, aku telah diangkat dari kehinaan. Karena itu, aku pun mohon kepada Tuhan untuk berbalas kasih kepada orang lain seperti Dia telah menaruh belas kasihan kepadaku. Tujuan pengampunan adalah pengertian dan penerimaan. Bukan menghukum atau balas dendam atas musuh. Seperti halnya Tuhan membenci dosa tetapi mencintai manusia berdosa. Demikianlah pengampunan memungkinkan penghancuran dendam kesumat sehingga menjadi pengasih dan pendamai.

KEBANGKITAN
Ketika Yesus mati meninggalkan murid-muridnya, pastilah mereka terguncang namun setelah itu malah pengikutnya semakin membesar. Filsuf Hegel menyiratkan bahwa, "Kebangkitan kembali adalah universalisasi dari penyaliban", Jika sakit dan kematian di Golgota itu ditafsirkan sebagaiteladan dari pengorbanan diri secara habis-habisan untuk orang lain. Jika penyaliban itu dianggap contoh bahwa sengsara dan kematian mampu untuk ditanggungkan tanpa benci dan dendam, maka penyaliban itu sendiri sudah merupakan kebangkitan kembali. Itu sebuah momen yang universal, Sang Korban bisa menggugat bahkan kepada mereka yang tidak berada di sana. Lalu dalam perjalanan waktu kemudian termasuk mereka yang tadinya belum Kristen. Itu sebabnya para murid makin setia dan makin bertambah besar.

Kami kutip kesan Paskah dari seorang Muslim, Goenawan Mohammad, yang mengutip dialog antara seorang atheis, Slavoj Zizek dengan John Millbank, teolog, bahwa kebangkitan kembali Kristus tak terjadi dengan lenyapnya tubuh dari makam. Tubuhnya yang disiksa tetap selamanya sebagai pengingat yang bersifat zat. Tetapi jasadnya "bangkit kembali dalam kebersamaan dengan orang-orang beriman, the collective of believers. "Ia hidup "di sini" (dalam hati) para pengikutnya. Ia selalu hadir di setiap pengikutnya dalam laku yang kongkrit. Kaum Kristiani dalam konteks kasih adalah laku yang menempuh hidup dengan tubuh yang lemah, yang kadang-kadang kesakitan atau tergoda, tapi tiap kali bisa menguasai diri, karena laku itu tak hanya untuk diri sendiri.

Di situlah Kebangkitan kembali akan selalu berupa KEBANGKITAN yang sebenarnya kalau kita hubungkan dengan situasi sekarang ini. Bangkit menjadi manusia baru, membangun suasana baru, manusia Indonesia baru. Jadi Kebangkitan bukan hanya sekadar ritual pengulangan.

Selamat Paska 2015!

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi