Penonton

  9 Jun 2011, 19:35

Suatu saat ada janji pertemuan di tempat makan di suatu pusat bisnis di Jakarta, sengaja datang duluan karena takut kena kemacetan, tampaklah pemandangan hampir separo tamu restoran membawa laptop. Menunggu teman atau janji bisnis, orang-orang muda itu tak menyiakan waktu langsung utak-utik barang mainannya. Ironi ketika nongkrong disuatu tempat di Kebon Jeruk, tempat mangkal sopir tembak plus tukang galian. Persamaannya adalah "bisnis" hanya beda peruntungan atau garis tangan. Nah, inilah penulis yang kini menikmatinya sebagai penonton.

Penonton

Demikian pula ketika kita menikmati tontonan adegan korupsi di media massa. Era digital ini orang-orang muda usia 30 tahunan sudah pada menjadi milyarder. Contoh paling jelas adalah Gayus Tambunan dan masih banyak lagi. Sayangnya ternyata banyak yang berasal dari korupsi. Dan sebagai penonton, kita heran bagai-mana uang sebanyak itu cara membelanjakan? Maka tak heran, jika korupsinya ketahuan, ternyata uang milyaran itu menjadi bancakan atau dijarah dari kroni, penegak hukum, pengacara maupun partai, jika si koruptor ingin berlindung di suatu partai. Paling menarik cara mereka mengelak akan tuduhan korupsi yang belum dibuktikan.Casting-nya meyakinkan dan PD banget.

Maka kalau kita kaji, asal mulanya memang tujuan kita hidup ini, jujur saja, adalah mencari uang. Penulis suka kumpul dengan teman-teman lama dari berbagai profesi yang semua sudah menjalani pensiun. Meski kita hidup biasa-biasa saja, masing-masing ada kebanggaan bahwa prestasi dan reputasi yang peranah diraih memang berjuang keras penuh kompetisi. Di dalamnya terkandung mengerahkan segala kemampuan, melatih nyali,dan sekaligus menguji keimanan yang akhirnya, adalah pematangan kepribadian. Beda misalnya kalau semua uang yang diraih itu hasil kerja instant? Bak kupu-kupu mau keluar dari kepompongnya tanpa usaha, tetapi kita bantu. Pasti dia tak akan bisa terbang tinggi.

Demikian juga dengan manusia, ia melewatkan kesempatan untuk berdialog dengan diri sendiri.Perasaannya beku dengan dunia sekitar dan tubuhnya tak terdapat "anti bodi" atau kepekaan. Maka ketika ia memperoleh jabatan apapun ya, mati rasa. Lalu, apa manfaat uang milyaran rupiah yang kita miliki dari hasil instant itu, ternyata tidak mampu merobah kualitas hidup dan karakter pribadi untuk menjadi lebih baik. Yah, enaknya nonton sepakbola saja, yuk!

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi