Peran Negara

  4 Mar 2011, 08:08

Apakah Anda pernah menonton film Mississipi Burning yang pemeran utamanya Gene Hackman dan William Dafoe, berperan sebagai dua agen FBI yang mendapat tugas di kota kecil St. Jessup Mississipi? Dalam film itu mereka membongkar perkara hilangnya tiga orang pejuang hak sipil yang tengah menyelidiki kematian tiga pemuda negro dan Yahudi di kota itu. Kota yang dihuni oleh kelompok garis keras Klu Klux Klan, KKK, yang selalu menindas kaum negro, minoritas tak berdaya yang mengalami diskriminasi rasial pada periode 1960an. Dimana seluruh aparat penegak hukum dari sheriff sampai hakim kota itu semua berpihak kepada KKK. Melalui perjuangan gigih kedua agen itu, peristiwa dua pembunuhan itu bisa dibongkar. Dan pelakunya bisa diadili dengan hukuman setimpal.

Cerita film ini memberikan inspirasi bagi situasi kita dewasa ini, di mana dalam kejadian teror sektarian seperti di Cikeusik dan Temanggung menjadi contoh nyata. Negara sekali lagi terkesan membiarkan kejadian-kejadian itu muncul, seperti dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Di film itu ditunjukkan bagaimana peran Negara yang diwakili kedua agen FBI itu, bisa menggunakan kekerasan yang juga sebagai hak negara atas nama Negara untuk mencari bukti kejahatan. Negara begitu bertanggungjawab terhadap warga negaranya, siapapun, terutama minoritas yang terus menerus dizalimi. Amerika memang terkenal sebagai negara yang sangat melindungi warganya. Memang, salah satu cita-cita luhur Negara adalah melindungi warga yang lemah, di mana cita-cita itu, di Indonesia, kok rasanya makin menjauh. Bahkan berulang kali berlangsung kekalahan Negara terhadap kelompok massa sektarian.

Peristiwa Cikeusik dan Temanggung sudah menandakan hak perlindungan sebagai warga oleh Negara sudah berada di titik nadir. Minoritas sudah dianggap sebagai warga kos-kosan yang sudah tak sanggup bayar kos. Mendapat perlakuan semena-mena dan terus dibiarkan. Maka tak heran dengan aparat penegak hukum yang lemah, cara aman bertindak anarkis adalah berlindung da-lam aksi massa sektarian yang menjalankan demokrasi jalanan. Lucunya, pemerintah hanya berperan sebagai pemadam kebakaran dan menganjurkan demi kerukunan kepada pihak yang dirugikan dan merugikan, dihimbau untuk saling memaafkan. Pelaku kejahatan selama ini bisa bebas dan lenggang kangkung sambil tertawa-tawa penuh kemenangan.

Sebenarnya film Mississipi Burning itu menjadi ilham penegak hukum kita. Bukan dibiarkan karena daya lawan minoritas itu rendah, kelompok korban toh jika protes tidak akan mengacau keamanan. Dan sekarang, jika film-film Amerika tak masuk lagi ke sini. Ya, selamat berinspirasi ala Suster Ngesot, Goyang Krawang, Hantu Pocong, Cinta Terlarang, dan sebagainya. Inilah beda minoritas di Indonesia dengan AS.

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi