Bangsa Plagiator

  26 Aug 2010, 18:24

Melihat gunung dari jarak jauh adalah warna biru dan indah untuk dipandang.Namun kalau kita mendekat dan memasuki kawasannya warna yang serba indah itu hilang, berganti dengan pandangan yang sebaliknya. Demikian juga ketika kita memandang orang, terutama yang mempunyai prestasi maupun reputasi terpandang. Semua serba "biru"atau penuh kekaguman. Kadangkala, ya, namanya manusia mempunyai kelemahan manusiawi kalau kita kebetulan kenal dekat. Inilah kisah seorang profesor dari Perguruan Tinggi, PT Katolik ternama di kota Bandung. Karena ilmunya adalah hubungan internasional, HI dan sering nulis artikel di media, dan tulisannya mengenai wawasan HI sering saya baca. Artikelnya di Jakarta Post ternyata hasil plagiat. Dan menimbulkan polemik ramai di kalangan akademisi dan khalayak umum.

Menulis artikel di koran dengan mengeluarkan opini harus jelas sumbernya jika kita mengutip pendapat para ahli. Duniamedia yang dibaca khalayak luas terutama kalangan intelektual begitu mudah menemukan sumber aslinya. Seandainya sontek menyontek ini tidak dilakukan oleh seorang intelektual, juga bukan datang dari sebuah PT Katolik ternama. Mungkinbisa diredam. Inilah risikonya, sebuah keteledoran pribadi akan disangkutkan dengan institusi. Bagaimanapun unsur persaingan juga ikut main, untuk saling menjatuhkan pesaing. Dan masalah ini begitu memukul dunia pendidikan Indonesia, di mana kegiatan plagiat akademis ini dikupas habis oleh media. Rasanya abad kreativitas yang sama-sama kita canangkan menjadi mundur kembali.

Dunia akademis sangat menjunjung tinggi inovasi dan kreativitas yang mampu menghasilkan hal-hal baru didapat dari hasil berpikir di luar kelaziman.Derajat tertinggi kreativitas adalah aspek inovatif. Di mana inovasi mengedepankan orisionalitas yang tidak pernah ada sebelumnya. Maka PT - PT ternama di mana saja ketika memperoleh predikat the bestdari lembaga-lembaga pendidikan internasional, ukurannya adalah riset yang menghasilkan inovasi dan kreativitas. Banyak pakar mengatakan, pendidikan IQ belum memadai kalau tidak disertai pendidikan karakter. Persis seperti kita menjalankan agama dan kepercayaan, kalau tidak ada landasan budi pekerti yang kokoh. Kalau di sana terjadi plagiator-plagiator, di sini agitator-agitator.

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi