Malu

  7 Jan 2012, 17:47

Akhir Tahun 2011 atau hampir setiap tahun semua surat kabar Ibu Kota selalu membuat laporan akhir tahun, berupa refleksi sepanjang tahun 2011. Bisa ditarik benang merahnya, bahwa laporan tersebut menekankan keprihatinan akan lemahnya penegakan hukum dan masih maraknya bencana korupsi. Tak memandang kasta maupun jabatan di semua lini korup. Terakhir adalah rekening gendut para PNS muda, yang meski hanya bergaji Rp 3 jutaan perbulan namun di rekeningnya ada tumpukan uang milyaran rupiah. Korupsi adalah kejahatan HAM terlebih-lebih nyolong duit rakyat.

Lalu, ada pertanyaan sederhana, apakah perasaan malu dan bersalah itu sudah tidak ada lagi di masyarakat kita? Coba lihat saja di layar TV, mereka yang dituduh korupsi tanpa malu-malu lagi berkoar, "itu kan, baru katanya-katanya. Fakta hukum itu bukan katanya-katanya." Pengacaranya menguatkan "secara legal belum terbukti" dan seterusnya, memang, sudah menjadi "litani" para koruptor jika dituduh, pertama kali membantah dulu. Langkah berikutnya adalah "ini tuntutan pekerjaan" dan seterusnya. Setiap orang memang diberi mekanisme "mempertahankan diri", karena setiap orang melakukan korupsi, maka budaya malu ya, menghilang? Demikian juga cara kita berlalu lintas. Melanggar aturan LL secara berjamaah merasa tak bersalah.

Sebenarnya kemampuan untuk menghayati rasa malu dan bersalah memungkinkan manusia berefleksi, mengevaluasi dan mengatur diri. Ini menjadi prasyarat penting untuk memiliki moralitas dan integritas diri. Ketika pelatih sepakbola tim nasional PSSI U-23, Rakhmat Darmawan, mengundurkan diri karena merasa gagal tidak bisa mengantarkan timnya merebut medali emas SEA Games XXVI/ 2011. Hal ini seharunya menjadi panutan adanya rasa bersalah dan rasa malu. Namun di tengah iklim yang amburadul begini, tindakan Rakhmat itu malah menjadi buah cibiran. Dianggap nyebal dari pakem. Aneh bukan?

Maka, menyambut tahun 2012 ini mari kita kembalikan lagi, budaya malu dan bersalah dalam hidup bermasyarakat. Minimal kita merasa malu kalau sampai datang terlambat mengikuti misa atau ber BB ria selama misa. Merasa bersalah jika berbuat hal-hal yang merugikan orang lain, meski perbuatan kita itu tidak kasat mata. Emosi moral bisa memotivasi tindakan etis dan tidak etis.

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi