Yap Thiam Hien

  7 Jun 2013, 21:44

Waktu itu tahun 1967 umur penulis 22 tahun tengah mendengarkan siaran langsung RRI Pusat jalannya persidangan Mahmilub, mahkamah militer luar biasa mengadili bekas Menteri Luar Negeri Dr. Soebandrio. Penulis terkesima mendengar pembelaan advokat Yap Thiam Hien terhadap kliennya, yang mementahkan dakwaan Oditur militer Durmawel Ahmad. Akan tetapi, ketika pembelaan itu belum sampai pada ujungnya, Durmawel Ahmad segera bereaksi dengan memutus persidangan yang disiarkan secara langsung oleh RRI tersebut. Dalam pembelaanya itu Yap Thiam Hien mengutip Injil Yohanes "Siapa di antara kamu yang tidak berdosa, hendaklah ia dahulu melempar batu kepada perempuan maksudnya Soebandrio) ini." Pleidoi Mr. Yap ini kemudian tersebar luas dengan sembunyi-sembunyi. Dan pleidoi ini juga yang membuat namanya semakin masyhur dan tetap dikenang sampai saat ini.

Pekan lalu sejumlah tokoh dan pengagum Mr. Yap memperingati 100 tahunnya di YLBHI. Siapa Mr. Yap? Sarjana hukum lulusan Leiden ini lahir di Aceh 25 Mei 1913, dan cita-citanya meninggal dalam tugas ternyata kesampaian yaitu pada 23 April 1989 saat mengikuti Inter- NGO Conference Matters di Veurne, Belgia. Seluruh hidupnya diabdikan untuk keadilan dan kebenaran supremasi hukum. Meski harus keluar masuk bui. Dan orang salut kepadanya meski ia warga nonpri, keberaniannya luar biasa di tengah stigma bagi kaum keturunan yang biasanya "cari selamat atau kompromi saja."

Tokoh Mr.Yap kalau dikenang pada saat ini, di tengah zaman keemasan advokat hitam yang berenang-renang di perairan korupsi. Sungguh contoh keteladanan yang tak ada bandingannya. Mungkin, hanya seperti Adnan Buyung Nasution, Todung Mulya Lubis atau yang sekaliber lainnya yang kini masih hidup. Kini supremasi hukum telah terkontaminasi dengan pasar (uang) yang bukan saja untuk mengalokasikan barang, tetapi juga memperjual belikan hukum dan kemanusiaan. Ditambah basis moral yang rapuh yang menimpa bangsa ini, tak pelak lagi jika kini Mr.Yap masih hidup pastilah ia akan menangis.

Menangis seperti kita, yang hanya bisa ngurut dada karena kehilangan arah kemana sebenarnya bangsa ini akan dibawa? (ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi