Joki di Ekaristi

  12 Apr 2015, 00:51

Profesi Joki mungkin menjadi salah satu pekerjaan paling unik di Indonesia? Mengapa demikian? Karena profesi ini hanya ada di tanah air kita. Alasannya karena peraturan 3 in 1 yang diterapkan di jalan protokol. Lalu mengapa di misa besar kini juga ada pekerjaan baru menjadi joki???

Suka atau tidak namun itulah fenomena yang terjadi di gereja MBK. Setiap misa besar umat berbondong-bondong datang lebih awal, untuk mendapatkan tempat eksklusif. Tentu saja ini menimbulkan rasa bangga, sekaligus bahagia, karena ternyata umat Katolik di Jakarta, khususnya di MBK, masih berniat untuk hadir di gereja untuk mengikuti perayaan Paska.

Namun kini jaman telah berubah, kini tidak semua orang yang datang misa lebih awal. Mereka hanya mengirimkan calo atau joki yang bisa jadi itu saudara, teman, atau bahkan pembantu mereka.

Cara praktik joki ini terbilang simpel. Cukup butuh joki, buku-buku atau aksesoris dan juga alat komunikasi. Mereka tinggal datang dan menaruh buku tersebut di sebelahnya. Begitu pemesan datang 15 atau 20 menit sebelum misa, mereka pun segera menghubungi. Petugas Tatib yang bertugas pun seolah tak berdaya.

Namun, meminjam kalimat yang sedang ngetren di media-media sosial, "Di situ saya kadang merasa sedih". Saat ibadat Jumat Agung penulis sempat melihat seorang ibu dan anak yang menderita down syndrome sedang mencari bangku kosong. Walau akhirnya mendapat tempat, mereka sempat mendapat penolakan joki yang mengaku datang misa lebih awal.

Kepedulian tak akan memiliki makna yang berarti bila tidak disandingkan dengan semangat berbelarasa. Sikap egoistis yang terpampang jelas, nyatanya menjadi sebuah batu halangan untuk melaksanakan tema APP tahun ini, yaitu "Tiada Syukur Tanpa Peduli". Kepedulian tak hanya sebatas menolong sesama yang berkekurangan. Mari kita ciptakan habitus baru yang dahulu sempat didegung-dengungkan!

(ED)

Lihat Juga:

• Warta Minggu Digital (PDF)

Editorial (WM) Lainnya...