Habis Lebaran Mau Ngapain

  26 Sep 2010, 20:50

Hari ini masih suasana Hari Raya Lebaran. Meski umat Katolik tidak secara formal merayakannya tetapi pasti ikut ajang silaturahminya dalam rangka mempererat persaudaraan lintas iman. Saudara-saudara Muslim seperti biasanya mengakhiri puasa selama 30 hari masuk Lebaran dengan simbol kemenangan, dalam arti mereka berhasil menahan hawa nafsu yang berhubungan dengan hal-hal duniawi. Menurut cendekiawan Muslim, Judi Latif, umat lolos mengatasi segala godaan duniawi dan terlahir kembali bak "embun suci". Selain itu seluruh stasiun TV selama sebulan penuh diisi oleh siraman rohani dari berbagai tokoh-tokoh ulama. Di benak kita paling tidak, siraman tersebut bisa mempengaruhi sikap hidup, dan tingkah laku. Terutama pula para tokoh pemimpin-pemimpin kita.

Apa benar demikian? Kita hubungkan saja dengan peristiwa pasca Lebaran sebelumnya. Masih menurut Judi Latif. Pribadi boleh saja terlahir kembali bak "embun suci" tetapi relung kehidupan negara tempat mereka bertahan adalah ruang yang sudah tercemar. Kembali di tengah antara fajar fitrah yang menegakkan sikap hidup yang positif dan kegelapan bumi yang menebar bayangan hidup yang negatif. Maka yang penting tidak saja suci secara pribadi, tetapi mampukah dipakai untuk "mensucikan" kehidupan bernegara? Karena manusia bisa menjadi warga negara yang baik manakala negara juga baik. Dalam negara yang buruk, manusia baik bisa menjadi warga negara yang buruk.

Mau bukti? Lihat saja dalam pengadilan Tipikor, tindak pidana korupsi, sebuah pameran kebohongan para pejabat-pejabat kita terkuak habis. Ketika dulu sebelum terkuak, mereka ramai-ramai membantah tindakannya dengan tidak malu-malu lagi. Bahkan sumpah-sumpah atas nama Tuhan. Namun setelah terkuak, ternyata benar adanya. Benar kata pepatah "Bila sumpah itu mempan, maka di pasar banyak orang mati" (yang terkenal suka bohong itu biasanya pedagang pasar). Saudara-saudara Muslim selalu berpegang pada fatwa junjungannya "hal-hal negatif masih bisa dimaafkan sejauh tidak melakukan kebohongan. Celakanya, kebohongan inilah krisis Negara bermula dan sampai sekarang tidak kunjung pulih.

Maka benar pula kelakar saudara-saudara Muslim kita. Habis Lebaran mari kita korupsi lagi. Seharusnya pesan suci agama manapun jangan hanya terhenti pada narsisme simbolik, seolah agamakulah yang paling benar? Setidaknya tercermin dalam sikap dan tingkah laku terutama dalam mengelola negara. Semoga!

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi