Kurikulum

  16 Dec 2012, 20:34

Suatu hari di kompleks kantor penulis, seorang anak muda menyapa dengan sopan. Setelah berdialog, ternyata yang bersangkutan adalah karyawan baru di salah satu bagian perusahaan penulis. Sekarang, mendengar sapaan sopan rasanya aneh karena iklim di kantor penulis banyak lahir "anak ajaib" yang sepertinya lahir tanpa "bapak emak", dan merasa bisa membuat perusahaan langsung besar.

Kata pakar pendidikan, kunci etika dan moral terutama menghargai para orang tua itu harus ditanamkan sejak SD. Di samping titik tolak dari rumah, sekolah juga jangan hanya fokus mengejar standar nilai kelulusan. Akibatnya, sampai dewasa anak berfokus pada orientasi diri sendiri. Mengejar prestasi.

Kini lagi ramai dibicarakan perubahan kurikulum SD dengan peleburan mata pelajaran IPA dan IPS dalam 6 mata pelajaran lain. Yaitu Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), Matematika, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Kesehatan. Tujuannya baik, memberi waktu banyak bagi murid selain untuk bermain juga soal etika. Kita tak usah membandingkan dulu dan sekarang, karena nilai-nilai sudah lain. Dan perkara kurikulum sekolah, setiap ganti menteri selalu berubah. Hasilnya? Ya, seperti sekarang ini. Paling nyata korupsi mengalami regenerasi.

Lihat saja sistem pendidikan yang direcoki birokratisme dan formalisme seremonial demi mengejar standadrisasi nasional, sehingga membebani murid terutama menjelang Ujian Nasional. Suasana kelas yang "kering" dan dipenuhi norma perilaku dalam standardisasi kolektif menghilangkan daya ekspresi anak. Sistem rekruitmen sebuah perusahaan yang ditonjolkan hanya IQ saja. Manusia itu memang unik tidak hitam putih. Namun menonjolkan IQ saja, malah menimbulkan keresahan karena kepimimpinan yang tak "manusiawi". Repot, ya?

Kehidupan beragama pun juga menga-lami sentuhan etika, moral, dan harus ada keseimbangan antara "Altar" dan "Pasar".Kita memang serba repot hidup di tengah masyarakat yang sarat otoritarianisme birokrat, korupsi, dan fundamentalisme agama. Kami, para Adi Yuswa hanya bisa berdoa. (ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi