Ibu

  16 Dec 2010, 20:38

Setiap akhir pekan beberapa bulan terakhir ini kami begitu banyak menghadiri upacara Sakramen Perkawinan putra-putri rekan, teman, sahabat, maupun handai tolan. Di sana pasti ada upacara bakti kepada orang tua mempelai, di sana pula akan terdengar lagu bakti kepada ibu dengan berbagai versi yang mengiringi. Meski sudah beratus kali dengar, namun dalam setiap acara sakral itu tak terasa air mata menitik. Haru, ya, masing-masing akan ingat para orangtua, terlebih-lebih sosok seorang ibu. Bahkan sebuah band modern ADA Band, ketika melantunkan lagu Pesona Potretmu tiba pada lirik pesonamu masih jelas kurasa hingga kini, menemani hingga ku dewasa. Derai air mata dan pengorbananmu tak kan tergantikan. Terima kasih ibu.....Selanjutnya ya, haru. Wajah ibu yang sudah tiada lalu membayang jelas dengan segala kenangan indahnya.

Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu. Bagi mereka yang mempunyai ibu pasti setuju. Perempuan sebagai simbol jiwa manusia, apalagi kalau sudah menjadi ibu. "Ibu" atau "bunda" adalah predikat luhur yang diberikan kepada jiwa. Hati ibu penuh kehangatan, bisa menjadi simbol kelemahlembutan hati Allah.

Berapa kali saya melihat adegan di tempat-tempat umum, di mana saja terlebih kalau di daerah pedesaan pemandangan ibu yang tak malu-malu lagi menyusui anaknya. Bahkan di atas mikrolet Kebon Jeruk-Tanah Abang, ketika bayinya mulai rewel minta susu. Simbol keberanian yang tak ada taranya, keberanian yang dilandasi keyakinan bahwa susu penting untuk kehidupan dan keselamatan bayinya.

Lagi-lagi ingatan menerawang pasti aku ini dulu seperti bayi itu. Merengek. Menangis mencari susu ibu, dan ibu pasti akan berbuat seperti ibu yang bersama aku di atas mikrolet itu. Lagi-lagi haru menyelinap di dalam kalbu.

Kasih kedalaman nurani ibu, selalu kita lihat dalam setiap kehidupan di sekeliling kita terutama dalam penderitaan. Kaum ibu pasti berada di barisan paling depan melindungi anak-anaknya. Banyak joki three in one di sepanjang jalan adalah para ibu beserta bayi atau anaknya. Ini hanya salah satu contoh. Namun di balik itu, ibu mempunyai "kekayaan" alami berupa kecantikan, kelembutan, senyum yang teduh ibarat sebuah "harta".

Ibu kita lihat dari perspektif kehidupan nyata, berupa semangat untuk memerhatikan, memelihara, kesediaan mengandung anak-anaknya. Semangat batinnya mempesona, selalu bersedia berkorban tetapi tidak sesumbar. Meski ada rasa gusar tetapi tak pernah tega akan anaknya untuk terkapar.

Pada perayaan 25 tahun imamatnya Romo Sindhunata SJ mengatakan menemui seorang pelacur yang harus menghidupi tiga anaknya di desa. Membuat ia merenung atas yang namanya kesucian, kesetiaan dan pengorbanan. Semua yang kini sudah dilakoni romo itu seolah tak sebanding apa yang dilakukan ibu itu. Juga bandingannya dengan para ibu yang normal, ibu yang bersemangat mampu menjalani hidup penuh cobaan, memberikan arah dan tujuan dalam mendidik anak. Namun nomor satu adalah anak harus diberi makan. Apapun caranya! Kita tidak perlu bertepuk dada seolah kita ini paling suci.

Dunia ini terus berputar dengan segala persoalan masing-masing individu. Di Hari Ibu ini coba kita luangkan waktu sejenak merenungi jasa ibu kita. Di doa ibuku, kudengar namaku disebut....

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi