Demokrasi

  18 Feb 2011, 16:27

Wis edan kabeh! Sudah pada gila semua, orang menafsirkan demokrasi ala gue atau suka suka gue, dong! Itu komentar orang-orang yang masih waras otaknya melihat sistuasi negara kita ini, Indonesia. Dengan alasan demokrasi suka gue, bisa membunuh orang, merusak tempat ibadah, mengatur hukum negara harus sesuai dengan hukum selera gue, menggunakan duit negara yang nota bene duit rakyat, plus menjalankan kuasa dan wewenang sesuai kemauan gue. Mau bicara apa saja, persetan dengan pendapat orang. Mau melanggar lalu lintas kek, nabrak orang kek, mencap orang kafir, kek!Suka suka gue! Ini kan, demokrasi. Pokoknya serba selera gue maupun kelompoknya.

Lha, baru saja WM menulis tentang kekerasan atas nama agama dengan maraknya intimidasi dan represi mayoritas kepada minoritas sepanjang tahun 2010. Di mana semuanya tanpa penyelesaian adil dan malah terkesan pembiaran oleh negara. Eh, ini terjadi lagi terutama di Temanggung, Jateng yang nota bene menimpa kaum Nasrani. Seruan dialog hampir setiap saat dikeluarkan oleh tokoh agama, tetapi nggak ngefek, karena masih terus berlangsungnya dakwah agama menurut selera gue dimana-mana. Terutama di kalangan akar rumput, di mana ditanam adanya musuh bersama, yaitu kaum kafir, menurut definisi dan selera gue lagi. Imbasnya kekafiran itu bukan saja orang, tetapi juga bangunan maupun sekolah-sekolah, bahkan kendaraan bermotor.

Sejatinya demokrasi itu prinsipnya adalah moralitas, metode untuk membatasi kekuasaan pemerintahan. Agar keadilan ditegakkan, kepentingan bersama diutamakan dan semua dituangkan dalam kehidupan yang nyata, berbangsa dan bernegara. Demokrasi akan berhasil jika ada komitmen moralitas, di mana salah satunya, berasal dari norma-norma agama. Agama demikian pula memerlukan demokrasi, harus menjadi benteng rasa keadilan dan keamanan. Interdependensi keberagamaan dan demokrasi ini harus dijaga dan dikawal terus menerus, terutama oleh penguasa negara, tokoh-tokoh agama/masyarakat, bahkan kita semua.

Alangkah sedihnya para bapak pendiri bangsa ini ketika melihat Negara dan bangsanya yang mereka perjuangkan untuk merdeka, kemudian memberi warisan untuk bisa hidup rukun dan damai. Sekarang ini warisan berupa falsafah Pancasila malah diporak porandakan sendiri. Pantas ketika kita konfrontasi dengan Malaysia dari berbagai soal dari perbatasan sampai TKI. Malaysia diam-diam saja, anggapan mereka Indonesia tidak usah ditanggapi, nanti kan mati sendiri. Akibat ulahnya sendiri, berantem sendiri.

Sedihnya berantem terus soal agama. Sedih ya! Lalu, apakah dialog agama bisa menyelesaikan semua persoalan. Tidak! Ternyata yang kita butuhkan adalah sebuah Negara dengan kuatnya institusi kepolisian, kejaksaan, dan intelijen yang sanggup mengatasi ormas-ormas pembuat onar. Terutama bertindak tegas.

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi