Bencana

  18 Mar 2011, 11:44

Berkat kemajuan teknologi informasi bencana alam gempa yang disusul gelombang tsunami di wilayah Timur Jepang bisa kita saksikan langsung melalui TV karena gempa tersebut sudah terdeteksi terlebih dahulu. Stasiun NHK mempunyai 7 helikopter peliput berita yang setiap saat bisa terbang kemana saja. Maka, sejak penulis belajar ilmu bumi dari SD, 59 tahun lalu, yang namanya tsunami baru kita saksikan kehebatannya dari pandangan mata kepala sendiri meskipun kita mengalami tsunami Aceh tahun 2004. Melihat tayangan TV benak kita langsung terkesan bagaimana Keperkasaan Tuhan, jika sudah marah?

Ingat tulisan renungan di WM "Mulutmu Harimaumu" atau jaga segala perbuatanmu jika kamu tak khawatir akan karma. Perbuatan tercela akan terbalas kelak, meski yang menerima anak cucu yang tidak bersalah. Ingat saja penjajahan Jepang di bumi Indonesia dan Asia Tenggara. Kekejaman luar biasa serdadu Jepang terhadap bangsa yang dijajah. Sekali lagi amit-amit ini bukan membangkitkan kebencian? Melainkan belajar dari sejarah. Bahwa siapa menabur angin akan menuai badai.

Namun iman Kristiani kita mengatasi semua karma itu. Setiap terjadi bencana, kasih pun menerabas batas agama, etnis, dan air mata tidak mengenal perbedaan, bencana menghasilkan kebersamaan. Bencana adalah salah satu metode Ilahi untuk meluruskan kembali sejarah kemanusiaan yang selama ini bengkak-bengkok. Dunia dipenuhi dosa kalau kita mengenang kota Sodom dan Gomorah. Setiap bangsa memang membangun "kubah-kubah"nya sendiri dalam modernisasi.Hasilnya terjadi perbedaan antara Negara maju- Negara terbelakang. Namun "kubah-kubah" modernisasi itu tak mampu melawan bencana. Di sana kasih itu muncul dan tak bisa meninggalkan "kubah-kubah" yang telah hancur.

Kita percaya dunia internasional tidak akan meninggalkan Jepang yang tengah terlanda kehancuran. Begitu juga Indonesia pasti juga tidak akan hitung-hitungan untuk membantu "saudara tua." Bukankah relawan Jepang berbondong-bondong ke sini sewaktu musibah Aceh, Bantul, Nias, Merapi dan lain-lain? Kasih pada dasarnya adalah kelapangan memberi lewat dinamika perasaan kebersamaan. Di mana perasaan kalau kita menjadi mereka. Bagi kaum beriman selalu percaya, bahwa di balik bencana itu pasti timbul hikmah. Minimal di balik bencana tentu ada endapan kasih.

Jangan pengalaman diulang ketika keadaan sudah normal, maka terjadi amnesia, lupa! Contohnya? Nggak usah jauh-jauh di negeri kita sendiri. Merusak dan membakar rumah ibadah diulang lagi, meski katanya ada perintah dari "Atas" Perkara tolong menolong? Itu kan, dulu!

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi