Selalu Kehilangan Momentum

  9 Sep 2010, 18:26

Kita baru saja memperingati Hari Kemerdekaan RI ke-65 di mana gaungnya merata di seantero Nusantara, dari Istana Merdeka sampai kampung-kampung kumuh. Tak kurang-kurang suara para intelektual yang mempunyai nurani kebangsaan bersuara melalui berbagai media, agar 65 tahun merdeka ini dijadikan momentum memperbaiki diri, bangsa dan Negara, untuk mewujudkan cita-cita bersama. Yaitu Indonesia menjadi Negara sejahtera, adil dan makmur yang pernah digelorakan oleh bapak-bapak bangsa 65 tahun yang lalu. Himbauan ini hampir setiap peringatan hari-hari bersejarah selalu diulang-ulang. Ujungnya tetap bernasib sama, berseru di tengah padang pasir.

Secara logika sederhana, bukankah 65 tahun sebuah perjalanan panjang yang sebenarnya sudah cukup waktu membuat Indonesia bahagia? Mengingat semua modal yang kita punyai, Tanah, Air, sumber daya alam, SDM dengan berbagai keragaman budaya, juga panorama alam dan iklim tropis yang merupakan surga obyek wisata. Bapak bangsa telah memberi modal ideologi untuk mempersatukan bangsa, Pancasila. Bandingkan dengan Vietnam (jangan Singapura atau Malaysia), negara yang hancur akibat perang mulai menata diri mulai1975 kini mulai meninggalkan Indonesia dalam soal kemajuan di berbagai bidang. Indonesia kini, 65 tahun merdeka masih tetap berkutat pada persoalan dasar. Pancasila terus tergerus dengan debat kusir antara Negara kesatuan atau Negara agama? Sistem pemerintahan menjadikan Indonesia tak pernah keluar dari eksperimen Negara demokrasi. Di mana demokrasinya sendiri ditafsirkan sendiri-sendiri menurut kepentingan masing-masing. Mayoritas menindas minoritas, Negara tak bisa berbuat apa-apa. Problem kemiskinan terus menggelayuti Negara dan bangsa, sumber-sumber alam dikuras untuk kepentingan pribadi dan kelompok. Bergantian kekuasaan tak membawa kesejahteraan, apalagi keadilan buat rakyat. Bahkan rakyatnya sendiri saling menindas, dengan mengatas namakan agama. Agama lebih mulya dari pada Tuhan. Budaya malu yang menjadi benteng terakhir nurani manusia, tak malu-malu lagi malah menghilang. Menjadi warga Negara Indonesia seperti terjebak menjadi WN sebuah Negara yang menerima kutukan.

Pendeknya kita selalu kehilangan momentum sejak proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dan Tuhan sendiri berfirman "Tak akan mengubah nasib manusia, sepanjang manusia itu sendiri tak berkemauan untuk merubah dirinya". Agaknya kita akan kehilangan momentum lagi pasca 17 Agustus 2010.

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi