Ibu

  23 Dec 2013, 16:07

Ketika terjadi kecelakaan KRL bertabrakan dengan truk pengangkut BBM di Bintaro pekan lalu (9/12/13) ternyata korban utama penumpangnya adalah perempuan. Karena gerbong yang terguling sekaligus terbakar adalah gerbong khusus perempuan. Kisah-kisah dramatis sudah kita dengar, dilihat, dibaca di media yang sebagian besar mereka dalam perjalanan mencari nafkah dalam berbagai profesi. Maka Hari Ibu 22 Desember ini mengingatkan kita tentang perjuangan kaum ibu-ibu, dan bagi penulis adalah kenangan indah akan almarhum ibuku dan sekaligus ibu-ibu dari kampung halaman penulis, Solo.

Jati diri keibuan klasik adalah kasih dan pengorbanan, diasosiasikan dengan kesetiaan yang indah yang tahan zaman serta hakiki, plus esensial. Diterpa riak gelombang kehidupan serta tahan uji. Tercermin dalam sikap tingkah laku yang penuh bakti, hormat, ikhlas, balas budi dan memberi motivasi keluarga. Kampung halaman ibu penulis yang mayoritas warganya kaum akar rumput banyak memberi inspirasi moral dan spiritual. Sekarang, di zaman perubahan dalam dunia sekularisasi, perkawinan, hubungan suami isteri serta orang tua-anak. Juga terlihat dalam gaya mode gemerlapnya masyarakat konsumerisme. Semua terlihat secara lahiriah dalam gaya hidup tetap tak mempengaruhi jati diri klassik ibu.

Ketika keluarga dalam pencobaan, derita, ibu selalu berperan bak batu karang. Pengorbanan dan kasihnya. Lihat para TKW kita, pencari nafkah demi keluarga meski harus menanggung pelecehan dari seksual sampai hukuman mati. Kasih pengorbanannya tidak surut. Tak heran cinta ibu itu dilukiskan oleh Erich Fromm dalam bukunya " The Art Of Loving" seperti susu dan madu. Susu adalah kasih yang memberi daya dan madu adalah cinta yang memberi manisnya hidup ini agar dijalani dengan gairah.

Mari kita bahagiakan ibu-ibu kita.

(ED)

Lihat Juga:

• Warta Minggu Digital (PDF)

Editorial (WM) Lainnya...