Jakarta

  22 Jun 2013, 13:46

Ketika penulis pindah domisili dari Kebon Jeruk ke Bintaro, belum sempat duduk secara sempurna sudah dipilih jadi ketua lingkungan. Padahal rencananya penulis ingin menikmati hari tua dan menjadi penggembira saja. Dalam hati apa ya, nggak ada yang muda-muda? Lagi pula penulis belum kenal semua umat dan spesifik lingkungan, apalagi pastor-pastornya. Lho, kok percaya begitu saja siapa sebenarnya penulis ini? Setelah menjalani tugas sampai sekarang, ternyata lingkungan penulis ini cermin dari sebuah mosaik kehidupan warga Ibu Kota.

Kita, terutama warga-warga muda sudah terjebak menjadi nomad mental. Punya rumah secara fisik, tetapi tak merasa bermukim karena secara mental sudah pergi. Kehidupan diisi dengan hidup di jalanan yang macet, merasa terus bergerak namun jiwa ini seperti 'kosong' jika sudah menyangkut pelayanan. Dalam hal ini penulis yang berstatus pensiunan dianggap mempunyai banyak waktu. Tak peduli punya mutu atau tidak? Mereka sudah pada lelah karena waktu tersita di perjalanan, juga bersiasat untuk mencari rupiah demi rupiah. Tak heran jika ada sembahyangan lingkungan yang datang maksimal hanya lima orang, dua orang di antaranya adalah tuan dan nyonya rumah.

Lebih luas lagi kehidupan warga kota ketika di rumah merasa 'tidak punya rumah' karena di sana tidak mengakar di ruang sosial, semua sudah individualistis. Begitu mereka sebentar terlelap sudah bangun lagi dan siap-siap menempuh jalanan lagi. Ini berlangsung terus seolah seperti keabadian. Di mana ruang kekitaannya? Sebuah komunitas warga terbangun bukan dari rasa solidaritas dan kepercayaan timbal balik. Melainkan sebuah kerumunan yang muncul kebetulan dari sejumlah kepentingan diri dan lenyap begitu saja oleh kepentingan diri pula. Individualisme tanpa individu.

Jakarta di HUT-nya yang ke-486 ini membutuhkan komunitas pemberdayaan yang bisa mengubah ruang-ruang geometri di dalamnya menjadi home tempat tumbuhnya akar-akar kewargakotaan. Salah satu jalannya adalah, ya, mari kita guyub dengan sesama umat lingkungan kalau kita ini mengaku sebagai umat Katolik. (Ed)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi