Bela Negara

  26 Oct 2015, 11:19

Menjelang Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober kini banyak diramaikan dengan gagasan bela negara yang dilontarkan oleh Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Hampir setiap malam di stasiun-stasiun TV menyuguhkan talk show mengenai topik ini, dengan berbagai sudut pandang. Bagi yang kontra langsung menuduh akan bangkitnya kembali militerisasi karena trauma di zaman Orba. Pokoknya mengikuti perkembangan topik ini seperti tidak ada titik temunya. Secara sederhana, penulis ingat kata Chandra Wijaya pemenang medali emas ganda bulutangkis Olimpiade Sydney 2000 berpasangan dengan Tony Gunawan. " Ini cara saya bela negara dan berbakti kepada Tuhan Yesus, mas! " katanya sambil menunjukkan medali emasnya. Sederhana, bukan? Gampang dimengerti. Tidak usah pakai talk show yang ndakik-ndakik ( muluk-muluk).

Kembali kepada jiwa Sumpah Pemuda 1928. Berupa gerakan minoritas yang melaju untuk merajut kecerdasan dan bergerak menjadi kekuatan yang progresif.Mempengaruhi pemuda-pemuda pada zamannya untuk bersatu memerdekakan bangsa dan negaranya dengan lahirnya para bapak-bapak bangsa kita. A.l. pemuda Soekarno yang masih berumur 25 tahun mampu melahirkan pikiran visioner persatuan komponen bangsa (Nasionalisme, Marxisme, Islamisme) untuk menjadi bantalan vital bagi perumusan dasar Negara. Lalu, kita tarik pada zaman ini. Banyaknya respons minoritas kreatif menjawab tantangan zaman. Lihat keberhasilan remaja dan pemuda/i kita dalam lomba di Olimpiade matematika, fisika, kimia, robotik, dll.

Ratusan generasi muda memainkan peran penting di pusat-pusat pengetahuan dan industri dunia maupun di kantong-kantong kota kreatif seperti Jember, Banyuwangi, Solo, Yogyakarta, Bandung, Bali, Pekalongan, dst. Ide kreatif tak pernah habis.Semua itu dilakukan oleh golongan yang dinamakan pemuda (definisi pemuda dari umur 16-30 tahun). Bedanya dengan generasi 1928, mereka selain berhasil merespons tantangan, dengan kekuatan kolektif mempertautkan minoritas kreatif yang berserakan menjadi gerakan nasional untuk mengubah sejarah. Sedangkan kini, minoritas kreatif itu seperti bergerak di dunia yang sunyi dan terpencar kedalam unit-unit kecil. Dunia digital mendorong kecenderung individual yang kuat.

Lalu, apakah konsep bela negara itu bisa mengembalikan " Roh Sumpah Pemuda 1928 "? Waktu dan zaman yang akan menjawab.

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi