Bersama Kita Bisa Lupa

  29 Sep 2010, 21:29

Judul di atas adalah sebuah plesetan atas slogan kampanye "Bersama Kita Bisa" dari SBY, gara-gara lagu Indonesia Raya lupa diperdengarkan sebagai ketentuan protokol kenegaraan. Sebelum pidato kenegaraan SBY didepan DPR tanggal 16 Agustus 2009. Tidak aneh ini juga sebuah parodi akan sifat bangsa kita yang mudah lupa. Contohnya, hasil pilkada para bupati di mana pemenangnya adalah yang tersangkut perkara korupsi. Rakyat setempat seolah lupa, atau memang ada gerakan yang sengaja melupakan. Demikian juga ketika menyongsong 30 September, kita juga sudah lupa, bahwa pasca itu pernah terjadi tragedi kemanusiaan yang tak ada taranya di bumi Indonesia. Jutaan orang yang dituduh komunis hilang tak tentu rimbanya tanpa pengadilan. Ahli sejarah menyejajarkan tragedi kemanusiaan abad 20 dengan genocida kaum Yahudi oleh Nazi Jerman, killing field di Kamboja, Operasi Jakarta Diktator Chile, Augosto Pinochet, penghilanganorang di Kongo oleh Presiden Idi Amin dan lain lain.

Otak manusia meski mampu dijejali dengan berbagai macam ingatan. Namun semua orang pasti berjuang melawan lupa. Lupa adalah gerakan ketidak-sadaran karena hampir setiap orang berlaku jika kehidupan berlalu tanpa disadari, kehidupan itu tidak pernah terjadi seperti kata Leo Tolstoy. Dalam hu-bungan ini ketika tanggal 29 Agustus dijadikan oleh PBB sebagai Hari Orang Hilang. Bagian dari gerakan HAM internasional agar masalah orang hilang dan dihilangkan itu menjadi isyu internasional supaya tidak mudah dilupakan. Maksudnya adalah setiap korban oleh keluarganya, terus mencari akan hak untuk mengetahui kebenaran, hak atas keadilan. Kalau perlu ada pengadilan internasional (PBB yang bermarkas di Den Haag, Belanda) campur tangan. Pengadilan ini berjalan dan sudah mengadili penjahat-penjahat kemanusiaan. Namun untuk di sini, siapa yang bertanggungjawab genocida pasca 30 September 1965 masih banyak kendala. Tak didukung oleh pemerintah RI.

Dalam iman Katolik, ritus Misa juga bisa diartikan untuk terus mengingat karya penebusan umat manusia oleh Yesus Kristus. Lupa secara psikologis peristiwa menyusup dalam arus kesadaran sehingga ada diluar kendali. Namun jika ingatan kembali,kesadaran untuk refleksi tumbuh. Ritual agama apa pun sebe-narnya semua ritual untuk melawan lupa. Paling tidak kita diingatkan bahwa misi agama adalah perdamaian. Supaya orang selalu diingatkan untuk hidup da-mai. Iman Kristiani menambahkan damai terwujud kalau ada cinta.

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi