Darah

  25 Nov 2011, 23:48

Majalah Tempo (13/11/11) dalam laporan utamanya mengupas tuntas fakta sejarah tentang genocida penghilangan nyawa secara paksa mereka yang di cap sebagai "kiri" (komunis/PKI). Di sana disebut peran Sarwo Eddi Wibowo, mantan komandan pasukan baret merah waktu itu. Majalah Tempo dengan moto "jurnalistik adalah sejarah yang ditulis hari ini", berkali-kali menulis kembali fakta sejarah yang kabur era 1965, yang di masa Orba begitu tabu untuk dibikin terang. Siapa yang berani mengungkapkan fakta bisa hilang atau dihilangkan. Judul tulisannya pun merangsang "Jejak Berdarah Sarwo Eddi".

Kemudian Kompas (14/11/011) melalui wartawannya, Maria Hartiningsih, menulis tentang pejuang HAM Argentina, Patricia Isasa, yang berjuang gigih sebagai saksi kekejaman junta militer Argentina 1976-1983. Tanpa tahu apa salahnya gadis umur 16 tahun itu diculik, ditahan, diperkosa dan mendekam dua tahun di penjara, tanpa diadili dan kemudian dilepas. Ia bertahan hidup agar bisa bersaksi. Maksudnya tidak untuk membalas dendam, namun berharap dunia, khususnya Argentina jangan sampai mengulang kembali sejarah kelam seperti apa yang dialaminya.

Begitu juga pengungkapan sejarah oleh Tempo itu. Di mana majalah itu mempunyai misi bahwa sejarah era 1965 itu selama empat dasa warsa hanya ditulis sepihak saja, versi penguasa. Terutama sejarah berdarah yang menimpa kaum yang dibisukan di mana sudah menjadi rahasia umum. Ratusan bahkan jutaan jiwa orang tak bersalah melayang atau dilayangkan dengan kekejaman. Dan peran militer tak dapat disangsikan lagi.

Kalau WM menulis apa yang terjadi di luar "altar" bukan berarti ikut mengungkit dendam. Namun seperti sikap Patricia, sebagai umat beriman bertujuan untuk tidak balas dendam melainkan agar sejarah kekejaman itu jangan sampai terjadi lagi. Belajar dari pengalaman penulis sebagai wartawan, pembela Orba mengatakan bahwa genocida pasca 1965 itu hanya mengada-ada. Persis seperti pernyataan Presiden Iran Ahamadinejad karena saking bencinya kepada Israel, mengatakan bahwa genocida terhadap bangsa Yahudi oleh Nazi Jerman (Adolf Hitler) hanya fiktif. Sejarah memang bisa dibengkak-bengkokkan menurut siapa pemenangnya.

Tulisan Tempo maupun Kompas itu membuktikan bahwa wartawan atau siapapun yang berjiwa jurnalis, selalu akan menyuarakan kebenaran dan keadilan. Tidak menunggu langit runtuh, tapi lihat suasana di mana HAM sekarang dijunjung tinggi. (ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi