Komunikasi

  27 May 2017, 17:39

Komunikasi selalu berhubungan dengan media. Padahal, media hanya sebagai alat saja, yang menentukan isi dan bobotnya adalah penyebar berita (komunikasi) itu sendiri. Kadang kita salah persepsi, lalu dengan gampang menyalahkan media. Apalagi saat ini teknologi komunikasi makin maju, gawai semakin pintar, akses berita semakin mudah diperoleh.

Komunikasi

Seperti pada contoh dua berita di bawah ini, yang dimuat pada hari yang sama (16/5/2017) namun menimbulkan persepsi yang berbeda. "Sebelum menggelar jumpa pers, Presiden melakukan pertemuan tertutup dengan para tokoh lintas agama. Hadir Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin, Ketua Persekutuan Gereja Indonesia Henriette T. Hutabarat, perwakilan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama dan Pengurus Pusat Muhammadiyah.

Hadir pula Ketua Konferensi Wali Gereja Indonesia Uskup Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia Hartati Murdaya, Ketua Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia Uung Sendana L. Linggaraja. Presiden didampingi Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno." (Kompas.com)

"Redaksi mohon maaf kepada Romo Matheus Yoseph Gledmenta Riawinarta, Romo Lastsendy Pamungkas Winarta Pr dan keluarga besar Ngampilan atas kekeliruan informasi yang belum lama ini berkembang di antara para romo diosesan yang mengabarkan baru saja Romo Ria meninggal dunia.

Uskup Keuskupan Ketapang Mgr. Pius Riana Prapdi memastikan bahwa Romo Ria masih sadar dan belum meninggal sebagaimana kami wartakan beberapa menit lalu. "Dari suster Panti Rapih, kami mendapatkan informasi bahwa Romo Riawinarta dalam proses pemulihan," kata Mgr. Pius melalui sambungan telepon dari Yogyakarta.

Informasi awal mengenai 'berita' itu muncul di jaringan alumni Mertoyudan di mana beberapa imam diosesan di Yogyakarta mengabarkan Romo Ria baru saja meninggal dunia. Sekali lagi, Redaksi minta maaf atas kekeliruan informasi yang tidak valid dan akurat ini." (Sesawi.net)

Ada mis-informasi yang ditangkap sesawi.net, sehingga harus melakukan ralat dan permohonan maaf, yang sebenarnya tidak perlu apabila mekanisme check and recheck dilakukan. Saat ini media sosial dikenal sebagai alat paling strategis untuk tujuan komunikasi negatif, provokasi dan menyebar informasi hoax. Namun, Public Policy Head Twitter Indonesia, Agung Yudha saat Deklarasi Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) di Gedung Dewan Pers, bulan lalu mengatakan, Twitter memiliki cara sendiri mengatasi berita negatif dan hoax, yaitu dengan membombardir media sosial dengan konten positif.

Check and recheck, dikenal sebagai kode etik dalam berkomunikasi - utamanya di media. Tujuannya, berita atau informasi yang disampaikan menjadi informatif dan berimbang, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan atas pemberitaan atau informasi tersebut. Nah, tidak ada salahnya, melakukan check and recheck, sebelum menyebar informasi - lewat alat apapun - untuk publik.

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi