Posmodernistik

  29 Mar 2015, 05:28

Melimpahnya informasi di abad digital ini segalanya bisa kita lihat hanya melalui sebuah kotak "ajaib" masuk ke dalam ranah pribadi. Bahkan kekejaman manusia tidak ada taranya bisa kita saksikan, tak usah disebut bagaimana caranya yang membuat hati rasanya ngilu dan perut mual. Ini terjadi di sana, di salah satu bumi wilayah Timur Tengah. Ironi dalam kelimpahan kemajuan teknologi informasi yang bisa dianggap bisa menjadi penopang kebahagiaan hidup, justru meninggalkan kehampaan psikologis dan spiritualitas. Bahkan menegaskan kebahagiaan hidup tak ditemukan di situ. Apalagi sudah digunakan untuk kepentingan propaganda terror dengan baju agama.

Posmodernistik

Ini ciri posmodernistik (kelimpahan informasi) di satu pihak bisa berpengaruh terhadap kehidupan beragama yang positif. Di lain pihak bisa malah membentuk opini negatif terhadap agama itu sendiri. Tidak usah heran banyak orang tertarik akan ide "negara agama" yang katanya bisa menjamin kebahagiaan hidup berkat janji-janji keselamatan dunia akhirat yang dideklarasikan oleh pemuka-pemuka agama. Di mana seharusnya mereka bisa menjadi pengangkomodasi pluralitas, kebinekaan bangsa. Indoktrinasi mereka benar-benar dimakan mentah-mentah oleh penganut agama yang mengalami kebingungan, disorientasi, yang sudah telanjur lelah, dan butuh pegangan. Mereka seperti menemukan "dunia"nya a.l. lewat jaringan digital bak memperoleh pegangan dari orang-orang yang membawa paham, keyakinan fundamentalistik, integritas total dan mengklaim bahwa paham mereka adalah satu-satunya yang benar.

Di samping indoktrinasi "cuci otak" dengan kebencian meluap-luap bahwa semua yang di luar mereka adalah kafir. Lebih kacau lagi jika sudah dicampur dengan politik, kekacauan makin menjadi-jadi.
Era posmodernistik menurut pandangan orang Jawa adalah zaman Kalabendu (Pujangga Ronggowarsito) zaman kelimpahan tetapi juga zaman kegalauan. Galau bukan dialami oleh mereka yang tertekan ekonominya, juga mereka yang hidup berkecukupan. Menghadapi tekanan persaingan ekonomi, tuntutan kebutuhan artificial yang terus menerus,beban pekerjaan yang over, lingkungan hidup tak bersahabat. Juga kerumitan kehidupan rumah tangga.

Jadi, apakah Anda juga lagi galau? Kalau saya sih, hanya kadang-kadang saja. Sebab sohib-sohibku para humoris semua.

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi