Panggung

  28 May 2011, 01:12

Dunia ini hanya panggung sandiwara! Nyanyian Rocker Ahmad Albar mengiang kembali ke telinga ketika suasana gaduh di negeri ini dan di dunia sana. Di panggung Tanah Air tengah terjadi buka-bukaan korupsi para elit. Secara terang-terangan dan gamblang Majalah Tempo (17/5/11) membuka aib para anggota DPR dengan tema "Calo-Calo Senayan plus Talk Show di TV One (17/5/11) dengan tema "Reformasi Gagal" oleh mantan anggota DPR Permadi SH yang membuka borok percaloan di antara rekan-rekannya ketika ia masih aktif. Di dunia sana seorang direktur eksekutif IMF Dominique Strauss Kahn terjerat pelecehan seksual. Dan Lee Kuan Yeew lengser dengan terhormat.

Lho, mengapa WM sebagai media rohani kok, ikut-ikutan. Nah, di sini masalah moral tidak hanya ada di sekitar altar saja. Justru kita harus terjun, minimal mengetahui kondisi "pasar" kehidupan di sekeliling kita. Panggung sandiwara! Tepat! Karena dalam soal moral agama, jika kita memandang sesuatu baik itu orang maupun institusi dari kejauhan semua tampak serba "biru" indah. Ketika didekati ternyata banyak bopeng-bopeng yang mengejutkan. Contoh, anggota DPR yang mendapat sebutan yang terhormat, wakil rakyat, bukankah suara rakyat itu suara Tuhan? Demikian juga dengan jabatan direktur IMF badan keuangan dunia, yang bisa mengadili keuangan suatu negara? Atau para selebrities hiburan yang serba wah! Semua bermain sandiwara di panggung.

Dengan keterbukaan komunikasi melalui media, betapa kita melihat kualitas wakil-wakil kita di DPR. Demikian juga di kalangan eksekutif ketika terjadi kecelakaan pesawat Merpati MA 60 di Kaimana. Semua lempar tanggungjawab. Bahkan di kehidupan olahraga yang seharusnya sportivitas dijunjung tinggi. Di sana ternyata korupsi merajalela. Pendek kata makin lengkap dengan kondisi kita yang cepat lupa. Hari ini menjadi perbincangan ramai, besok sudah lupa. Tak pelak lagi pemerintahan Orba di bawah Soeharto dipuji lebih baik dari SBY. Padahal masa itu terjadi penindasan HAM. Namun masyarakat tetap lupa.

Namun di balik itu pula, ada contoh moral yang baik dari Singapura. Lee Kuan Yew yang disebut sebagai Bapak Bangsa Singapura, ketika secara realitas partainya yang berkuasa sejak 1959 hanya menang tipis di pemilihan bulan April 2011. Berarti ia sadar bahwa ia sudah mulai tidak popular lagi. Ia tidak usah menunggu seperti halnya pergolakan di Tunisia, Mesir, dan kini Libia. Ia memutuskan lengser. Pastilah lengser secara terhormat seperti halnya Nelson Mandela, Bapak Afrika Selatan, yang hanya mau jadi Presiden Afsel satu kali masa jabatan saja. Meski sebelumnya dia harus mendekam 28 tahun di penjara

Rumongso biso nanging ora biso rumongso! (Merasa bisa tetapi sebenarnya tidak bisa apa apa) Ya, itulah para pemegang kekuasaan negara kita sekarang ini.

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi