Bohong

  28 Jan 2011, 21:59

Pekan lalu di Surabaya tepatnya di Universitas Muhamadiyah dideklarasikan Gerakan Anti Kebohongan oleh sejumlah akademisi dan tokoh lintas agama. Kemudian disusul ke tempat-tempat lain dan gerakan ini langsung mendapat dukungan luas masyarakat. Gerakan ini mengeluarkan pin dengan slogan "STOP BOHONG! Tidak Bohong Adalah Karakter Pribadi Saya". Ini sebuah tindak lanjut dukungan pernyataan tokoh lintas agama di Jakarta yang mengkritik pemerintah yang banyak bohongnya.

Kebohongan sekarang ini lagi jadi topik pembicaraan ramai. Termasuk di rumah penulis, yang hampir setiap saat mengatakan pada cucu, "Awas! Jangan bohong!" Waktu makan, ia mau makan kalau sudah minta ini dan itu. Tetapi kenyataannya setelah diberi tetap tak mau makan. Bohong memang sudah dilakukan manusia sejak usia dini.

Dulu, sejak masa generasi penulis di SD, ada pelajaran budi pekerti yang menjadi modal soft skill and character building (pengetahuan etika baik buruk), yang kemudian ditambah dengan pengalaman bersosialisasi sejalan dengan pertambahan umur. Maka tak heran jika kita berbohong terutama kepada orang tua, akan timbul perasaan tak nyaman, gelisah, bingung, bahkan sampai pada perasaan berdosa. Namun dalam pergaulan menemui juga beberapa teman yang suka berbohong,

Setiap hari kita menonton kebohongan di TV. Berbohong sebagai rasa keseharian sebagai cara hidup akan kehilangan kepedulian, kesantunan, rasa malu dan martabat. Ini terlihat nyata sehari-hari di antara pemimpin-pemimpin kita yang kini mempunyai kuasa. Buktinya lihat saja jalannya sidang pengadilan Tipikor, tindak pidana korupsi. Maupun pelanggaran hukum yang lain.

Apa yang kita tonton berupa kebohongan sehari-hari terus menerus melalui TV, dampaknya sama seperti ketika kita bergaul dengan orang yang suka bohong. Di mana kebohongan yang satu disusul dengan kebohongan lain, maka bohong itu sepertinya urut dan sistematis. Supaya terlihat konsisten antara kebohongan yang berkesinambungan agar kebohongan itu sendiri jangan sampai terdeteksi. Baru terkuak habis jika ada seorang yang berani menjadi whistle blower, peniup pembuka masalah. Atau penemuan data korupsi, atau tindak-tindak pelanggaran hukum lainnya. Ini mengerikan! Saking seringnya bicara tidak jujur, sebenarnya manusia itu mematikan kemanusiaannya, rasa kepedulian, hati nurani, tanggungjawab sosial, bahkan martabat dirinya sendiri. Bayangkan kalau orang itu menjadi pimpinan, pimpinan apa saja, terlebih pimpinan Negara. Amit-amit.. jabang...

(ED)

Lihat Juga:

Editorial (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi