Ya Namamu, Maria!

 Helena D. Justicia  |     13 Aug 2017, 08:49

Bagi banyak orang, angka 13 adalah angka sial. Banyak yang berusaha menghindarinya. Di lift sebuah gedung bertingkat di Jakarta, tidak ada lantai 13. Lantai 12 langsung menyambung dengan lantai 14. Malahan, di sebuah rumah retret Katolik di kawasan Puncak, juga tidak ada kamar bernomor 13. Yang ada kamar nomor 12A dan 12B. Mungkin suster pengelola bukannya percaya takhyul, tapi bisa jadi tidak ada peserta retret yang mau tinggal di kamar itu.

Ya Namamu, Maria!

Padahal, setiap tanggal 13-lah Bunda Maria menampakkan diri kepada tiga gembala kecil di Fatima: Lusia, Fransiskus dan Yasinta. Sebanyak enam kali, setiap tanggal 13 setiap bulan Mei hingga Oktober dalam tahun 1917, Bunda Maria berbicara kepada mereka. Ia meneguhkan hati ketiga anak gembala agar mau menderita demi pemulihan dosa-dosa manusia. Maria juga meminta mereka mendaraskan Rosario demi pertobatan para pendosa dan keselamatan kita masing-masing.

Mencintai Maria Melalui Banyak Cara

Tahun 2017 ini, dirayakan 100 tahun penampakan Bunda Maria di Fatima. Secara khusus, komunitas-komunitas mengadakan novena dan perayaan ekaristi setiap tanggal 13 dari bulan Mei hingga Oktober. Umat juga diberi kesempatan untuk mengaku dosa. Tak ketinggalan Paroki Tomang - MBK. Setiap tanggal 13 diadakan Perayaan Ekaristi. Umat yang tidak dapat mengikuti peringatan ini, dapat memakai gambar Bunda Maria dari Fatima dan mendaraskan doa di hadapannya.

Tak heran ketika siang itu, di Toko MBK, seorang ibu menimbang-nimbang dua versi patung Bunda Maria dari Fatima untuk dibeli. "Aduh yang mana, ya. Meja altar di rumah saya kecil, sih. Tapi saya ingin beli yang besar," katanya bingung. Akhirnya ia memutuskan untuk membeli sebuah patung kecil Bunda Maria bermahkota emas. Ia pun bergegas mencari pastor agar patungnya diberkati.

Seorang ibu lain juga membeli patung Maria Fatima berukuran kecil, lengkap dengan tiga gembala yang berlutut di hadapannya. "Patungnya lucu," katanya sambil tertawa. Ternyata, ia adalah kolektor patung Bunda Maria. "Saya punya patung Bunda Maria yang sedang hamil, yang menggendong bayi Yesus, dan Keluarga Kudus. Kalau Maria yang sendirian, saya punya dalam versi Jawa, Timur Tengah, Vietnam, Korea, Brazil, Lourdes, dan banyak lagi lainnya. Patung-patung itu saya pajang di meja altar sesuai dengan kalender liturgi Gereja," jelasnya sambil kembali tertawa. Saat Adven misalnya, ia memajang patung Bunda Maria yang sedang hamil. Pada masa Natal, diganti Bunda Maria menggendong bayi. Pada masa Prapaskah, patung Pieta yang dipajangnya. "Rasanya senang, setiap hari berjalan bersama Bunda Maria."

Pengalaman lain dituturkan seorang ibu muda. "Saya seorang Karmelit Awam. Setiap hari saya beribadat harian dan secara khusus berdoa kepada Santa Perawan Maria dari Gunung Karmel. Saya juga membawa terus skapulir cokelat. Apakah dengan begitu hidup saya menjadi lebih mudah? Justru tidak. Saya sering sekali mengalami kesulitan, namun pertolongan dan perlindungan Bunda Maria sungguh nyata. Saya sering diselamatkan dari keadaan yang sungguh-sungguh sulit, bahkan lolos dari jeratan orang jahat," kisahnya dengan mata berkaca-kaca.

Di tempat lain, seorang Bapak berusia 78 tahun mendoakan Rosario setiap hari. "Biasanya saya berdoa saat subuh, ketika bangun tidur," katanya. Seorang ibu mengaku karena kesibukannya, belum bisa secara khusus berdoa Rosario. "Yang saya lakukan baru sebatas bekerja sambil berdoa. Dalam setiap kegiatan apapun yang saya lakukan, ketika senggang, misalnya menunggu traffic light menyala hijau, saya berdoa Salam Maria," akunya dengan jujur. "Sebelum tertidur setiap malam, saya juga berdoa Salam Maria."

Memaknai Devosi kepada Bunda Maria

Mengapa Gereja Katolik menghormati Bunda Maria? Setidaknya ada 4 alasan sebagaimana tercantum dalam buku Maria, Oh Maria:

  • Allah telah terlebih dahulu menghormati Maria dengan memilihnya menjadi ibu bagi Putera-Nya, Yesus Kristus (lih. Luk 1:28,35)
  • Bunda Maria bekerja sama dengan rahmat Allah secara sempurna (lih. Luk 1:38)
  • Gereja mengikuti teladan Kristus yang menghormati bunda-Nya (lih. Luk 2:51-52)
  • Gereja menghormati pesan Kristus yang terakhir, untuk menerima bunda-Nya, Bunda Maria, sebagai bunda umat beriman (lih. Yoh 19:26-27).

Devosi, yang berasal dari kata Latin devotion, berarti persembahan bakti yang total. Devosi adalah ungkapan kasih dan kesediaan melayani Tuhan serta kesediaan untuk melaksanakan semua perintah-Nya dengan sukacita. Devosi ditujukan kepada Allah dan para kudus-Nya yang berada dalam kesatuan dengan-Nya. Jika penyembahan kepada Allah disebut latria, penghormatan kepada para kudus disebut dulia. Dalam hal ini, penghormatan kepada Bunda Maria disebut dengan hyperdulia, karena ia melebihi santo-santa dengan perannya sebagai Bunda Allah.

Para kudus pun, semasa hidupnya, banyak yang berdevosi kepada Bunda Maria, seperti St. Theresia Lisieux, Santo Yohanes Paulus II (Paus), serta Oscar Romero, Uskup Agung San Salvador sang pembela kaum miskin yang ditembak mati saat memimpin Perayaan Ekaristi. Kecintaan mereka terhadap Bunda Maria terwakili oleh kata-kata indah Thomas Kempis dalam bukunya Mengikuti Jejak Maria: kebaikanmu yang tak terlukiskan, yang melampaui setiap pikiran, memikat aku dan menarik rasa cintaku kepadamu, karena engkau adalah penghiburan bagi orang-orang menderita dan siap menolong para pendosa yang remuk redam.

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi