Dipanggil Mewartakan Wajah Kerahiman Allah

  26 Dec 2016, 08:26

Pada 20 November 2016, tepatnya pada Hari Kristus Raja Semesta Alam, Gereja Universal menutup setahun berlangsungnya Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah (TSLBKA). TSLBKA ini diisi oleh seluruh umat Gereja Katolik sedunia dengan aneka aktivitas yang terkait dengan wajah kerahiman Allah.

Dipanggil Mewartakan Wajah Kerahiman Allah

Di Keuskupan Agung Jakarta, umat-umat di parok-paroki menggelar berbagai laku, seperti doa, ziarah, sarasehan, aksi amal, dan sebagainya. Dan, ini diapresiasi oleh Uskup Agung Jakarta Mgr. Ignatius Suharyo dengan ungkapan "umat sungguh antusias" dalam mengisi TSLBKA ini.

Meski sudah ditutup secara simbolis oleh Paus Fransiskus, sambung Mgr. Suharyo, pintu kerahiman Allah tidak pernah tertutup untuk manusia. Allah senantiasa membuka dirinya untuk memberikan kerahimanNya untuk manusia.

Namun demikian, Mgr. Suharyo mengingatkan bahwa kerahiman Allah ini mengusung sebuah panggilan bagi seluruh umat Katolik, yakni dipanggil untuk turut mewartakan wajah kerahiman Allah dalam kehidupan sehari-hari. Wajah Allah ini ditampakan dalam perilaku, cara bertindak, cara berelasi, dan bahkan cara berbicara kita kepada sesama. Bahkan, satu hal yang paling kentara dalam wajah kerahiman Allah adalah pengampunan. Dan, kita semua dipanggil untuk mengampuni sesama.

Seperti apa refleksi Mgr. Suharyo atas berlangsungnya TSLBKA ini? Berikut nukilan wawancara Sigit Kurniawan dari Warta Minggu dengan Uskup Agung Jakarta tersebut:

Setahun TSLBKA, apa yang menjadi refleksi Bapak Uskup khususnya melihat praktik TSLBKA di Jakarta ini?

Yang pertama, saya kira semua umat merasa bahwa Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah ini ditanggapi secara sangat bersemangat dan sangat antusias. Khususnya, di dalam perjumpaan-perjumpaan, terlebih khusus lagi di dalam acara ziarah ke beberapa tempat, entah itu gereja maupun tempat ziarah Bunda Maria. Itu sungguh, bagi saya pribadi, sangat mengagumkan dan sangat menggembirakan. Dan, tentu yang diharapkan adalah sungguh penuh rahmat.

Apa yang paling penting dari laku di TSLBKA ini?

Tentu saja, yang paling penting, pada akhirnya adalah bahwa lewat pengalaman-pengalaman bermacam-macam, lewat ziarah, lewat doa, dan novena, bahwa Allah yang kita imani adalah Allah yang maharahim.

Untuk apa pengalaman itu?

Pengalaman akan Allah yang maharahim tersebut akhirnya menentukan cara kita berperilaku, cara kita mengambil keputusan, dan bahkan cara kita berbicara. Alasannya, gambaran akan Allah, apalagi pengalaman akan Allah, akan sangat menentukan kehidupan seseorang. Sebab itu, Paus Benediktus XVI pada waktu itu, menerbitkan ensiklik yang berjudul "Allah adalah Kasih."

Apa latar belakang ensiklik tersebut?

Alasannya adalah karena di banyak tempat pada zaman kita sekarang ini nama Allah digunakan untuk alasan membenci, bahkan membunuh. Nah, Allah yang adalah kasih tentu tidak akan membawa orang sampai pada tindakan-tindakan seperti itu. Apalagi Allah yang maharahim. Itu saya kira yang paling pokok atau yang kita harapkan bersama menjadi pengalaman inti dari Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman Allah ini.

Apa tugas kita di hadapan kerahiman Allah ini?

Paham kita akan Allah adalah Allah yang kasih setiaNya tanpa batas. Pengalaman akan Allahlah yang membuat kita sungguh-sungguh menjadi murid-murid Kristus yang berusaha menampilkan wajah kerahiman Allah.

Bagaimana langkah-langkah konkretnya?

Yang namanya Allah maharahim itu artinya sangat kaya. Saya memilih satu saja. Salah satu ciri dari kerahiman adalah mengampuni. Silakan membayangkan kalau dalam kehidupan bersama, kemampuan atau kerelaan mengampuni itu selalu ada. Pasti keluarga akan damai, pasti lingkungan/paroki/keuskupan akan damai, pasti masyarakat tidak akan gaduh kalau semua siap memberikan pengampunan satu sama lain.

Akhirnya, apa secara singkat apa kesimpulannya?

Pengalaman akan Allah yang maharahim tersebut sungguh mendorong kita untuk semakin menjadi pribadi yang mencerminkan wajah Kristus dan wajah Allah yang maharahim.

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi