Hari Anak Nasional: Memperingati Beratnya Beban Anak-Anak Indonesia

 Andreas Pratama  |     4 Aug 2014, 10:07

Banyak orang yang menyebutkan bahwa anak-anak adalah salah satu tahapan yang paling menyenangkan dalam fase kita menjadi seorang manusia yang dewasa. Mengapa menyenangkan? Karena di fase tersebut, kita seolah dapat berbuat "apa pun" yang kita mau, tanpa takut harus "bertanggungjawab". Kerjaan kita pun hanya bermain, bermain, dan bermain.

Tetapi bila kita melihat dari sisi yang lain, anak-anak kerap diberikan beban yang cukup berat di pundaknya. Sebagai contoh: anak-anak adalah penerus cita-cita perjuangan bangsa, anak-anak adalah masa depan dari sebuah negara, atau dalam lingkup kita sendiri, anak-anak adalah tiang pancang masa depan gereja. Dari tiga contoh tersebut, kita tentu bisa membayangkan bagaimana beratnya menjadi kaum bocah cilik.

Untuk menyadarkan tanggungjawab tersebut, pemerintah Indonesia pun memperingati Hari Anak Nasional (HAN) setiap tanggal 23 Juli 2014. Peringatan HAN sendiri dimaknai sebagai kepedulian seluruh bangsa Indonesia terhadap perlindungan dan pemenuhan hak anak Indonesia agar tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga menjadi generasi penerus yang berkualitas, tangguh, jujur, sehat, cerdas, berprestasi, dan berakhlak mulia.

Peringatan ini juga dimaksudkan agar seluruh komponen bangsa Indonesia, yaitu negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orangtua bersama-sama mewujudkan kesejahteraan anak dengan menghormati hak-hak anak dan memberikan jaminan terhadap pemenuhannya tanpa perlakuan diskriminatif.

Demi menanggung beban tersebut, sebagian orangtua pun terkesan memaksa anak-anaknya untuk menjadi "seseorang". Hak untuk bersenang-senang, sering dilupakan. Bermain bukanlah pilihan bagi mereka. Belajar, belajar, dan belajar, adalah sebuah kewajiban. Tidak bermaksud untuk mengesampingkan prioritas untuk belajar, tetapi satu hal yang perlu diingat, anak-anak juga memiliki hak untuk bermain.

Menimba ilmu tak hanya dengan membaca dan menghapal. Lewat bermain, anak-anak bisa memetik nilai-nilai penting dari kehidupan berkeluarga, hingga kehidupan bernegara dan berbangsa. Kini, tergantung para orangtua dalam memilih permainan apa yang cocok untuk diaplikasikan kepada mereka. Permainan tradisional memang lebih baik, karena di sana ada nilai-nilai budaya yang bisa ditanamkan. Namun apabila tidak memungkinkan, penggunaan gadget pun tetap sah, asalkan kita tetap bisa memberikan kontrol.

Selamat memperingati Hari Anak Nasional. Mari kita junjung tinggi hak-hak anak dalam bermain dan bersenang-senang, tanpa melupakan pentingnya pendidikan, demi masa depan bangsa dan dunia yang lebih baik.

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi