Penggelapan dan Pemalsuan Sejarah Orba

 Ign Sunito  |     28 Sep 2015, 11:19

Tahun 1977 diadakan Lomba Rally Internasional Dharma Putera KOSTRAD diikuti oleh perally-perally dunia waktu itu, seperti Hannu Mikkola, Timo McKinnen (Finlandia0, Sekhar Mehta (India) dll. Sebelum lomba semua mobil peserta menjalani pemeriksaan teknis di halaman Mabes Kostrad Jl. Medan Merdeka Timur.Sebagai wartawan olahraga penulis menyiapkan tulisan dan mendatangi "TKP". Hanya gara-gara salah parkir Vespa saya kena urusan provost Kostrad, dibentak dan diancam dst. Persoalan "selesai" namun teman-teman wartawan sudah sepakat tak akan meliput rally tersebut. Benar tak ada berita sama sekali peristiwa itu. Pangkostrad waktu itu Letjen TNI Leo Lopulisa mendapat laporan dan begitu percaya kepada anak buahnya. Penulis dicap " PKI" komunis. Persoalan menjadi " besar "

Tokoh-tokoh sport automotif dengan disponsori DR.Wardiman Djojonegoro (kemudian menjadi Menteri Pendidikan & kebudayaan) membela penulis. Menepis tuduhan semena-mena itu.Alhasil Letjen Leo minta maaf secara terbuka. Ini sebuah ilustrasi di masa pemerintahan Orba (selama 32 tahun), betapa mudahnya orang dicap " PKI ". Bayangkan kalau seseorang itu tidak punya kekuatan. Bisa hilang atau di " BURU'kan tanpa peradilan. Dan setiap tanggal 30 September selalu mengingatkan kepada pejuang kemanusiaan bahwa sudah terjadi Sejarah Hitam dengan hilangnya hampir 3.000.000 orang tak bersalah. Pembunuhan karakter terhadap keturunan mereka dengan tidak boleh menjadi PNS/ABRI/Wartawan/BUMN. Jika ketahuan langsung dipecat. KTP diberi cap khusus sehingga menyulitkan urusan pribadi.

SEJARAH PALSU DAN DIGELAPKAN

Kopkamtib Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban tanggal 1 Juni melarang peringatan hari Lahirnya Pancasila. Pusat Sejarah ABRI menerbitkan buku Nugroho Notosusano " Naskah Proklamasi yang otentik dan Rumusan Pancasila otentik "adalah rumusan tgl.18 Agustus 1945. Peran Bung Karno dikerdilkan diganti Moh.Yamin.Surat Perintah 11 Maret " Super Semar" versi sepihak MBAD dipublikasikan. Naskah aslinya " hilang " sampai sekarang. Tak terbuka sampai Soeharto meninggal.

Tahun 1994 Sekneg menerbitkan Buku Putih tentang keterlibatan PKI di 30 September tanpa menyebutkan adanya pembunuhan massal. Buku ini dinyatakan sebagai sumber sejarah resmi, kalau ada yang lain dicap illegal. Monumen "Lobang Buaya" dan film " Pengkhianatan G-30-S/PKI " menjadi tontonan wajib siswa sekolah seluruh Indonesia. Bahkan buku-buku sastera pengarang yang dicap "kiri" dilarang jika ada yang memiliki bisa dipenjara. Sesudah Reformasi 1998 mulai satu persatu pemalsuan itu terkuak. Buku- buku para ilmuwan Indonesianis asing mulai masuk disusul buku-buku karya korban kekejaman Orba mulai bertebaran.

Terakhir bulan Juni 2015 lalu di Jakarta digelar " Indonesia Media Arts Festival " bertajuk " Orde Baru " diikuti 73 seniman dari 21 negara dengan pertunjukan multi media, symposium, loka karya, diskusi. Hasil festival itu kesimpulannya penguasa leluasa membelokkan sejarah karena menguasai sumber daya dan jaringan dan menanamkan sejarah versi mereka kedalam alam bawah sadar rakyat. Semua intelektual direkrut untuk memberi pembenaran atas kebenaran versi penguasa.Semua tujuannya untuk memperkuat dan melanggengkan kekuasaan.

Sebuah pembelajaran yang amat mahal dan memuakkan buat generasi penerus.

Lihat Juga:

Fokus (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi