Makna Liturgi Sabda dalam Perayaan Ekaristi (Bagian 3)

 Maria Clarissa  |     27 Aug 2017, 06:15

Homili

Setelah Injil dibacakan, sampailah kita pada homili. Homili berisi penjelasan atas bacaan Kitab Suci dalam misa atau ibadat. Jadi, homili harus selalu bertolak dari Kitab Suci. "...Homili liturgis harus sungguh diistimewakan..." (KGK 132). Oleh karena statusnya yang istimewa itu, homili hanya dapat diberikan melalui uskup, imam, atau diakon. "Di antara bentuk-bentuk khotbah, homililah yang paling unggul, yang adalah bagian dari liturgi itu sendiri dan direservasi bagi imam atau diakon; dalam homili itu hendaknya dijelaskan misteri- misteri iman dan norma-norma hidup kristiani, dari teks suci sepanjang tahun liturgi." (KHK 767 § 1).

Makna Liturgi Sabda dalam Perayaan Ekaristi (Bagian 3)

Mengapa hanya kaum tertahbis saja yang diperbolehkan memberikan homili? Di sini kita harus memahami bahwa melalui tahbisan, seorang klerus dikhususkan untuk melayani Gereja. Dalam melayani Gereja, tugas utama mereka adalah mewartakan Injil Allah kepada semua orang, demi keselamatan. Berkaitan dengan hal ini, St. Paulus mengatakan: "...karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,..." (Rm 1:16).

Homili itu sendiri berakar dari tradisi nabi-nabi Yahudi dalam menjelaskan dan menafsirkan Kitab Suci di sinagoga, yang disebut sebagai midrash-haggada. Sejak zaman Gereja Perdana, praktek homili sudah dilakukan. Hal ini terlihat dalam Kis 2: 42 mengenai cara hidup jemaat perdana: "Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan." Bertekun dalam pengajaran rasul-rasul berarti bertekun dalam pengajaran Sabda Allah yang tertulis dalam Kitab Suci, yang disampaikan melalui para rasul. Jadi, ketika kita mendengarkan homili, kita mempraktikkan apa yang pernah dilakukan oleh jemaat perdana, yaitu bertekun dalam pengajaran para rasul, yang dalam hal ini adalah uskup, imam, atau diakon.

Homili merupakan bagian integral dari liturgi sabda. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa Yesus hadir melalui sabda yang dibacakan, begitu juga dalam homili. Imam yang sedang menyampaikan homili merupakan simbol kehadiran Kristus (in persona Christi). Partisipasi aktif umat adalah mendengarkan dan meresapi homili yang disampaikan oleh imam.

"Iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus," (Rm 10:17), demikian St. Paulus pernah mengatakan. Proses terjadinya iman berawal dari mendengarkan sabda Kristus, yang kemudian kita olah dengan akal-budi, lalu masuk ke dalam hati kita. Jadi melalui homili, sabda Kristus diteruskan kepada umat beriman, supaya misteri-misteri iman yang dinyatakan oleh Allah melalui Kristus dapat dimengerti, dihayati, dan dilakukan.

Syahadat Iman

Setelah mendengarkan sabda yang telah disampaikan, kita bangkit berdiri untuk mengucapkan syahadat iman (doa 'Aku Percaya'). Di dalamnya terkandung pokok-pokok iman Katolik. Hal ini ingin menegaskan bahwa sabda telah membawa kita untuk semakin teguh dalam iman, dan hal itu ditunjukkan dengan pernyataan syahadat tersebut. Ketika membacakan syahadat iman, seluruh umat bertindak sebagai satu kesatuan Gereja yang beriman kepada Kristus. Iman adalah syarat utama untuk mendapatkan keselamatan. Adalah Tuhan yang pertama-tama berinisiatif menawarkan keselamatan kepada manusia. Untuk memperoleh keselamatan itu, manusia hanya perlu menjawab dengan iman.

Inti dari syahadat iman kita, baik itu syahadat panjang maupun syahadat pendek, ada empat, yaitu:

  1. percaya akan Allah Bapa
  2. percaya akan Yesus Kristus,
  3. percaya akan Roh Kudus, dan
  4. percaya akan Gereja yang satu, kudus, katolik, dan apostolik.

Pembentukan syahadat iman ini membutuhkan proses yang amat panjang. Dari aspek sejarah, pembentukan syahadat ini muncul karena mendesaknya situasi pada abad-abad awal masa kekristenan baru muncul. Pada masa itu, banyak aliran-aliran yang berseberangan dengan ajaran yang diturunkan oleh para rasul. Untuk tetap menjaga keotentikan ajaran para rasul, maka terbentuklah rumusan iman yang kita kenal saat ini.

Doa Umat

Dalam setiap perayaan Ekaristi pasti ada doa umat, sebab perayaan Ekaristi itu sendiri adalah doa Gereja (umat Allah) sebagai rasa syukur atas keselamatan yang telah Allah berikan kepada kita. Di dalam perayaan rasa syukur itu, umat Allah tentu masih memiliki harapan-harapan lain yang ingin disampaikan antara lain: untuk Gereja, untuk Negara atau pemerintah, untuk mereka yang menderita dan tertindas, dan untuk umat setempat sendiri.

Bentuk partisipasi kita dalam doa umat ini adalah bukan hanya sebagai pendengar saja, melainkan menjadi pendoa secara bersama-sama, sebab doa umat merupakan pelaksanaan imamat umum seluruh umat beriman yang berdoa bukan hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk seluruh Gereja.

Lihat Juga:

Kolom Iman (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi