Tahu Diri Itu Tidak Mudah !!

  29 Aug 2013, 15:39

Setting pesta kawinan dan yang diundang seperti dikisahkan dalam Injil Lukas 14: 7-14 jauh beda dengan jaman sekarang. Kini tak ada tempat duduk, kecuali untuk kerabat keluarga dan itupun dipagari agar yang jelas-jelas bukan keluarga dilarang gabung. Konyolnya belum selesai membaca injil pikiran disruduk tanda tanya besar: apa masih ada di abad ini orang yang tahu diri sepertidikisahkan? Sejenak saya coba putar ulang ingatan dan pengalaman serta sikap saya sendiri manakala hadir memenuhi undangan atau mengun­dang khalayak bila punya hajat di sekitar pergaulan saya dalam kedinasan maupun sebagai pribadi. Apa sih yang disampaikan Yesus?

Di awal ayat (12) Yesus tidak neko-neko cuma mengajak orang tahu diri.Tahu diri bermakna orang diajak mengerti menyadari ihwal dirinya. Status, kedudukan, kondisi ekonomi, kadar pendidikan terkait kuantita dan kua-lita diri yang dimiliki dan lingkungan mereka. Ini jelas bukan ukuran. Andaikan apa yang dimiliki itu minus haruskah kita menjadi rendah diri? Tidak samas ekali. Tahu diri tidak identik dengan "minder". Tahu diri justru merupakan kejernihan sikap menghadapi sesuatu yang harus diperhitungkan dengan kecermatan dan kedewasaan saat hadir di forum juga di pesta pernikahan

Pesta perkawinan jaman sekarang serba terbuka. Perhitungan "balance budget" mewarnai gerak langkah "panitia" nikah. Undangan beredar kepada yang dikenal yang diperkirakan datang tidak dengan tangan hampa. Bahkan kadang resmi dicetak dalam undangan: mohon sumbangan tidak di wujudkan barang. Sadar anggaran memang penting. Siapa mau defisit? Strategi demikian sepertinya "trend" keprak­tisan. Itu sah-sah saja. Menghitung memang harus pakai perhitungan. Fihak tamu terundang pun demikian. Misal kasar: nyumbang sejumlah rupiah (plus doa restu), maka jumlah hidangan yang disantap saat resepsi diseimbangkan dengan sumbangan. Saya yakin tidak semua undangandemikian, tetapi tak tertutup ke-mungkinan seperti itu. Wajar. Manusiawi. Bagaimana kalau yang diundang kaum miskin papa seperti dianjurkan dalam kitab? Apa yang diperoleh dari mereka? Dapatkah "ngalap berkah" mereka?

Mengundang fakir miskin papa - andaikan sadar - itu seperti mengundang pemilik kerajaan Allah, Tetapi siapa percaya? Kualitas miskin jaman dulu, jauh beda dengankualitas miskin jaman sekarang, jum­lahnya pun berlipat. Kiranya undanganbagi kaum mlarat ke srakat, gelandangan, tunawisma tidak untuk diterjemahkan mentah-mentah. Tak akan ada pengantin yang telah dihias sedemikian cantik dan tampan cuma dikerumuni tamu gembel rakus dan bau hanya menghabiskan suguhan.

Andai kita ingat semangat berbagi, umat tidak kaget membaca ayat 12-13 dan resiprosikalnya pada ayat 14: pengundang memperoleh balasnya pada hari kebangkitan orang orang benar. Itu karena kemurahan dan belas kasih Tuhan. Bukan karena hal lain. Itu terjadi kalau kita lebih tahu diri. Ternyata tahu diri itu tidak mudah.

(Suwanto Soewandi, St Benedictus)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi