Penyembuhan Raga Dan Jiwa

  2 Apr 2011, 07:58

Pada umumnya kita ingin hidup sehat. Kalau sakit, hidup kita menjadi kurang nyaman, bahkan kalau penyakit kita sudah berat sekali ada kalanya kita bisa menjadi sangat kuatir dan depresif. Namun ada suatu kejadian di kota tua Yerusalem. Seorang laki-laki pengemis mempunyai luka dikaki yang sangat mengenaskan. Sebenarnya kalau dia mau, dia bisa berobat secara gratis di klinik yang tersedia dikota itu, namun orang muda ini memilih untuk tidak diobati. Lukanya menjadi berkat bagi-nya dan sumber penghasilan. Turis yang berdatangan di Yerusalem, banyak menaruh belas kasihan dan dia dengan mudah memperoleh banyak uang dari mereka. Andaikata dia berobat dan sembuh, tentu dia akan harus bekerja keras untuk mencari uang.

Penyembuhan Raga Dan Jiwa

Lain halnya dengan orang dalam Yoh.5, yang telah 38 tahun sakit. Dia buta sejak lahir dan itu menjadi suatu aib baginya. Lingkungan masarakat disekitarnya cenderung menganggap dia buta karena berdosa. Pada suatu hari Yesus berjalan lewat orang itu dan bertanya apakah dia ingin disembuhkan. Orang itu sangat ingin dan memilih untuk disembuhkan. Meskipun hari itu hari sabat, Yesus menaruh kasihan dan melumuri mata orang itu dengan lumpur, dari tanah yang diludahi-Nya. Orang itupun sembuh, setelah membasuh matanya di kolam Siloam.

Orang Farisi tidak senang atas penyembuhan yang dilakukan Yesus tersebut, lebih lebih karena hal tersebut dilakukan pada hari sabat. Mereka tidak punya kemampuan dan kepedulian untuk menyembuhkan orang itu. Mereka lebih mementingkan penegakan hukum Taurat, daripada perbuatan Kasih yang telah Yesus lakukan. Kekuasaan memang banyak membawa kebesaran dan kehormatan bagi orang yang mempunyai-nya. Salah seorang yang sejak kecil telah dipilih Tuhan menjadi raja yang berkuasa adalah Daud. Dari antara 8 bersaudara putera-putera Isai, orang Betlehem, Daud-lah yang dipilih Tuhan untuk kelak menjadi raja (1 Sam 16). Untuk itulah Samuel diutus ke Betlehem untuk mengurapi Daud.

Sangat panjang dan berliku-liku perjalanan Daud untuk menjadi Raja. Banyak cobaan-cobaan berat yang harus dilaluinya. Daud memang kemudian menjadi raja yang sangat terkenal, bahkan Yesus pun dikenal sebagai keturunan Daud. Kekuasaan yang diperolehnya sebagai raja banyak sekali dipergunakan untuk kepentingan kerajaan dan rakyatnya, namun kekuasaan itu juga menjadi batu sandungan baginya. Berbeda dengan banyak pemimpin, baik masa lalu maupun masa kini, Daud mempunyai keberanian mengakui dosa dan kesalahannya yang sangat merendahkan, tidak hanya sebagai raja dan penguasa, tetapi juga martabatnya sebagai manusia. Daud merupakan tauladan seorang pemimpin yang mau mengakui dan menyesali kesalahan-kesalahannya dihadapan Tuhan dan rakyatnya.

Bagaimana dengan kita? Kita juga diberi Tuhan kebebasan untuk memilih. Bila kita memilih penyembuhan jiwa kita, Tuhan Yesus dengan penuh kasih akan menyembuhkan kita. Semoga menjelang akhir masa pra Paskah ini, kita juga diberi keberanian seperti Daud untuk memilih kesembuhan jiwa.

(Michael Setiawan)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi