Kasih Itu Tanpa Pamrih

  2 Nov 2012, 21:43

Kasih itu lemah lembut, murah hati, setia dan segudang puja-puji tentangnya. Itu semua kata syair lagu. Pertanyaannya: apakah kita, anda saya dan siapa saja benar benar lemah lembut, murah hati, setia dst, dst? Kita masing-masing wa-jib menjawabnya sendiri. Mengapa sebuah kata yang saat ini mengalami "inflasi arti dan konsekuensi" diangkat ke permukaan? Apakah tidak ada topik lain? Bukan tanpa alasan kata "kasih" itu kita "tlesih" Apa induk pemikiran dasarnya? Bacaan Injil hari iniMarkus 12: 28-34 - tentang hukum yang terutama. Apa intinya? Pertama:kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan dengan segenap jiwa-mu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Kedua: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Perlu diingat: Tak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.

Kasih yang "all out", tak ada yang tersisa. Orang bisa berdalih: Tuhan kan maha segala, dan punya segala, mengapa perlu dikasihi? Apakah perintah itu tidak terdapat dalam 10 perintah Tuhan? Bagaimana dengan Ulangan 6: 4-6? Mengasihi Tuhan bukan seperti perintah perintah atau hukum yang lain. Hukum ditujukan bukan kepada mereka yang sudah hidup baik, melainkan kepada mereka yang berbuat jahat (1Tim 1: 9) Mengasihi berarti mengenal yang dikasihi. Kenalkah kita seperti apa sosok Tuhan itu? Umat Kristiani yang berpegang ajaran Kristus seperti tertuang dalam injil, percaya adanya kerajaan Allah wajib membaca secara teratur dan berdoa agar Roh-Nya datang kepada kita supaya kita mengenal-Nya lebih baik. Pengenalan yang lebih baik menjadikan hubungan kita dengan Tuhan semakin baik.

Bagaimana kasih kita kepada sesama? Ini kasih konkrit. Bisa apa saja. Fisik, psikhis non fisik, moril materil, yang terjamah, dan tak terjamah. Apa yang menjadi concern kita tentang kasih macam ini? The Art of Loving tulisan Erich Fromm membagi kasih dalam beragam kasih. Namun kasih ajaran Tuhan ini jauh beda. "Barang siapa mencari diri sendiri dalam kasih, maka ia mengingkari kasih itu". Ayat mana menyatakannya, saya agak lupa.Tulus ikhlas melandasi warna kasih seperti ini. Orang bersemangat kasih macam ini di hati dan kepalanya tak terbersit sedikitpun - apa imbalan yang saya terima nantinya. Orang Jawa bilang: nandur pari jero - menanam padi dalam dalam - tidak berharap tumbuhnya kebaikan. Apakah hanya demikian hukum Tuhan?Jelas tidak!!

Namun orang berkilah lagi: mengasihi seperti mengasihi dirimu sendiri... bukankah ini mengarah terjadinya "egoisme" Tentu tidak demikian. Namun bila dalam memberi kasih kita menuntut balasan maka kita sudah ditelan sikap pamrih. Pamrih menghancurkan semua kemauan baik. Pamrih bukti tidak ada kasih sejati. Kasih tidak pilih pilih tidak mengenal hitung-hitungan. Yang terbaik: Lakukan semua kebaikan terhadap Tuhan dan sesama dengan tanpa pamrih.

Kasih terpilih adalah kasih tanpa pamrih. Walau demikian pamrih saya: hendaknya tulisan ini dibaca dengan hati terbuka.

(Suwanto Soewandi - St.Benedictus.)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi