Bijaksana vs Bodoh

  4 Nov 2011, 15:07

Menimba kekayaan perumpamaan, membuat kita menjadi semakin terkesima. Kerajaan Allah sebagai tujuan hidup, tetap harus diperjuangkan. Tidak datang dan diberikan begitu saja, melainkan butuh perjuangan. Setiap orang dengan diberi akal budi terus menerus dipacu untuk mampu memberdayakan segala kemampuan, sehingga Kerajaan Allah itu memang sungguh berharga. Selain beraksi, orang perlu juga strategi. Jadi tidak hanya asal (asalan), harus ada motivasi, kesadaran, ketrampilan. Semua itu dikemas dalam pribadi yang dewasa.

Bijaksana vs Bodoh

Adalah kehendak dan tindakan baik bahwa sepuluh gadis ini sama-sama menyambut mempelai. Mereka berdandan. Mereka gembira. Mereka memiliki kesadaran yang sama. Hanya yang membedakannya adalah strategi. Sebab apa yang dilakukan masih merupakan suatu proses. Apabila orang berpikir pragmatis, simpel, jangka pendek, maka tindakan yang dilakukan sekedarnya. Yang penting bisa jalan. Dengan sikap seperti ini tidak pernah ada peningkatan dan upaya untuk mengevaluasi. Merasa bahwa untuk memuliakan Tuhan itu berarti "yang penting kesediaan". Padahal tidak cukup hanya bersedia saja, melainkan terus berusaha keras dan berjuang total untuk selalu memberikan diri yang terbaik. Lima gadis bodoh, gambaran sikap sembrono dan asal jalan manusia beriman. Akibatnya akan ketinggalan jauh, sehingga tidak lagi bisa mengikuti proses yang terjadi. Pintu sudah ditutup menggambarkan perubahan selalu ada. Waktu bergulir terus seiring dengan pergerakan kehidupan ini.

Sedangkan gadis bijaksana menggambarkan tentang manusia beriman yang memikirkan jangka panjang. Kerajaan Allah itu tujuan yang mau diraih. Ada banyak kemungkinan yang bisa terjadi, maka butuh bekal yang cukup memadai. Inilah gambaran pribadi beriman yang terus berjuang keras melayani, tapi tidak sekedarnya atau asal-asalan. Mereka melayani dengan segenap tekat, bergulat dengan segala tan-tangan, jatuh bangun dalam segala kesulitan, namun terus mengisi diri dengan bekal ilahi. Mereka menyalakan api hidupnya dengan minyak rohani. Kapan mempelai datang mereka berjaga. Bekal yang dipunyai cukup karena terus menerus diisi dengan perbuatan baik yang tulus ikhlas. Ketika orang lelap tertidur, mereka dengan berjuang keras melambungkan pujian dalam doa. Namun bukan doa sekedar doa, melainkan doa yang dilandasi kerinduan untuk selalu memuliakan Tuhan. Hendaklah kita menjadi pribadi yang bijaksana. Amin.

(rianto)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi