Hidup Dan Jalan Menuju

  26 Aug 2010, 18:23

Sekarang ini kita makin sering melihat, mendengar, dan menyaksikan musibah dan bencana. Bela sungkawa dan kepedulian kita alirkan tanpa henti. Hingga suatu saat ketika kita sendiri yang mengalami peristiwa tragis. Tiba-tiba kita merasa ditinggal oleh Tuhan bahkan tidak jarang kita merasa dikutuk dan dihukum oleh Tuhan. Lebih-lebih jika kita merasa sudah sangat banyak berbuat baik. Ini semua sebenarnya adalah peristiwa. Tapi seringkali kita selalu terikat dengan peristiwa.

Pertanyaan berikutnya yang paling esensi adalah, kita hidup untuk mati atau kita hidup untuk surga? Jika kita hidup untuk mati, apa gunanya kita hidup?

Dalam bacaan Injil minggu ini, Lukas 13: 1-9. Kemudian Yesus mengatakan perumpamaan ini; Ada seorang mempunyai se-batang pohon ara yang tumbuh di kebun anggurnya. Ia datang mencari buah pada pohon itu, tetapi tidak menemukannya. Maka berkatalah ia pada pengurus kebun anggur itu, "sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini, namun tidak pernah menemukannya. Sebab itu tebanglah pohon ini! Untuk apa pohon ini hidup ditanah ini dengan percuma! Pengurus kebun itu menjawab, "Tuan, biarkanlah dia tumbuh selama setahun ini lagi. Aku akan mencangkul tanah sekelilingnya dan memberi pupuk kepadanya. Mungkin tahun depan akan berbuah. Jika tidak, tebanglah!"

Perumpamaan ini menegaskan bahwa kita sebagai manusia diberi kesempatan untuk bertobat dan berbalik kembali kepada Allah untuk mencapai kerajaan surga.

Perumpamaan ini juga menegaskan bahwa tujuan hidup kita adalah surga. Kematian adalah perantara atau jalan menuju. Apapun dan bagaimanapaun cara kita mati bukanlah soal. Hidup kita sebelum mati adalah soal. Dan selama kita masih diberi hidup berarti masih sangat banyak pintu-pintu pertobatan.

Dalam masa prapaskah inilah sebenarnya Tuhan memberi kita kesempatan untuk bertobat dan berpegang pada-Nya. Sehingga kita dapat melaksanakan perintah-Nya dengan melakukan perbuatan nyata. Seperti pengurus kebun anggur yang akan mencangkul disekeliling pohon ara dan memberinya pupuk. Kita juga diberi kesempatan untuk mencangkul dan memberi pupuk dengan cara mengentaskan kemiskinan disekeliling kita. Bukan dengan cara memberi tetapi dengan cara memberdayakan dan membuka peluang untuk bertumbuh dan berkembang. Dan saat itu pula kita telah menjadi pengurus kebun anggur dan tidak lagi perduli pada cara kita mati. Tragedi boleh datang, bencana boleh berulang. Inilah sebenarnya jalan hidup. Kecelakaan atau peristiwa apapun itu adalah jalan menuju surga. Surga atau neraka tidak ditentukan oleh bagaimana cara kita mati. Tetapi lebih pada bagaimana kita hidup sebelum mati.

(Andrianus Agung)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi