Mengkritik Iman Thomas, Tapi Belajarlah Juga Dari Dia

  4 Apr 2013, 16:14

Dipastikan di Paroki MBK cukup banyak orang bernama Thomas. Seorang anggota Redaksi dan penulis setia Warta Minggu bernama Thomas. Pada tingkat dunia ada Thomas Aquinas (pemikir/penulis Gereja ternama); Thomas Alva Edison yang menghasilkan banyak temuan di bidang teknologi termasuk lampu listrik; Thomas Jefferson (penulis utama naskah proklamasi kemerdekaan Amerika dan presiden pertama negara itu); dan banyak Thomas lain yang juga masyhur.

Tidak jelas apakah nama Thomas sengaja mereka pilih (atau dipilih orangtuanya) karena kagum pada Santo Thomas Rasul. Atau jangan-jangan karena mereka lahir pas pada hari raya Santo Thomas. Ataukah, khususnya mereka yang lahir belakang-belakangan, karena kagum pada "Thomas-Thomas" kondang tingkat dunia di bidang ilmu pengeta­huan, politik dan lain-lain seperti con­toh di atas?

Sebelum membuat Renungan ini penulis "sharing" singkat dengan isteri dan anak-anak, tentang Injil hari ini (Yoh. 20: 19-30). Ingin dengar apa kata pikiran/hati mereka, siapa tahu bisa dapat ide untuk menulis. Secara umum, mereka membenarkan sikap Yesus yang menegur Thomas karena tidak mempercayai murid-murid lain - yang telah melihat, berbicara dan bahkan makan bersama dengan Yesus yang telah bangkit dari kubur. Yesus mengkritik Thomas yang mau percaya hanya kalau ia sudah melihat bukti fisik dengan mata kepala sendiri.

Tentang sikap Thomas, dalam sharing kecil kami, penulis sepaham dan serasa bahwa Thomas memang "tidak baik" karena tidak percaya; ia tidak mau melihat Yesus dengan mata hati, mata iman. Maunya hanya de-ngan mata fisik. (Soal mata fisik, da-lam sejarah ilmu pengetahuan, sikap ini justru menjadi posisi dasar para ilmuwan yang mengajukan pertanya-an-pertanyaan lalu bekerja dengan fakta-fakta keras dan data-data empiris/inderawi. Kerja mereka men­dukung kemajuan ilmu dan teknologi secara dahsyat).

Namun, di pihak lain, tanpa harus menjadi ilmuwan, kita perlu melihat sisi positif dari Thomas si "kurang percaya" itu. Yaitu, kalau ditarik lebih jauh, dari Thomas ini kita diajak ber­pikir, merenung dan bahkan mengaju­kan pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan kritis-tajam sekalipun, tentang apa yang sedang kita imani. Ini justru sebuah sikap bertanggung jawab pri-badi, atas iman, yaitu iman yang harus bertumbuh dan terus bertumbuh dari dalam diri masing-masing.

Tidak baik beriman seperti "sponge" (bunga karang). Apa guna-nya? Pasif, menelan apa saja dari luar, ikut-ikutan saja seperti onggokan karung beras! Tanpa pikir tanpa rasa. Padahal, mereka yang bertanya, ber­pikir dan merenung tentang iman­nya, terbuka peluang bagi mereka untuk memperoleh jawaban, bisa dari bacaan-bacaan rohani, seminar, rekoleksi dan pendalaman iman di lingkungan.

Karena itu, orang beriman ber­tipe "sponge" tidak akan sekali-sekali mampir ke Toko Buku Paroki MBK di sisi gereja atau toko-toko buku rohani di tempat-tempat lain. Sekedar contoh. Untuk apa? kata mereka.

(Leo Jegho)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi