Kehendak Tuhan Bagi Kita

  6 Sep 2013, 15:19

"Manusia manakah dapat mengenal rencana Allah? Siapakah dapat memikirkan apa yang dikehendaki Tuhan?"(Keb 9: 13)

Demikianlah Sabda Tuhan dari Deuterokanonika mengawali ziarah rohani kita di Minggu Biasa XXIII ini.

Salam damai sejahtera dalam Kristus Saudara-saudariku terkasih. Di antara kita pasti ada yang bertanyaapakah kehendak Tuhan bagiku. Ini jugalah yang menjadi pergulatan iman penulis kitab Kebijaksanaan jauh sebelum kita semua hadir di bumi. "Siapa gerangan dapat mengenal kehendak-Mu kalau Engkau sendiri tidak menganugerahkan kebijaksanaan dan jika Roh Kudus-Mu dari atas tidak Kau utus?" (ay.17) Kita insan Katolik wajib membaca Kitab Kebijaksanaan Salomo yang oleh kaum Protestan dianggap sebagai kitab apokrip. Penulis Kebijaksanaan menunjukkan betapa pikiran manusia bisa jatuh ke dalam kehinaan karena ketidakstabilan manusiawi kita. Fisik kita yang lemah dan kelekatan pada barang duniawi bisa membuat kita stress berkepanjangan. Maka Roh Kudus yang kita teri­ma dari Bapa membantu meluruskan jalan hidup kita sehingga kita berbuat apa yang berkenan di hadapan Tuhan (ay.18) Itulah rencana dan kehendak Tuhan bagi kita.

Rasul Paulus dalam suratnya kepa­da Filemon yang sangat singkat yakni 1 bab saja berusaha mengkonkretkan usaha untuk berbuat baik secara suka-rela yakni menerima orang lain sebagai saudara terkasih (ay.16). Paulus memohon dengan baik-baik agar Onesimus (seorang budak) yang sudah dianggapnya saudara baik secara manusiawi maupun di dalam Tuhan juga dapat diperlakukan seb­agai saudara oleh Filemon dan bukan lagi sebagai hamba/budak. Menerima Onesimus berarti menerima Paulus sendiri. Menerima orang lain seb­agai saudara tidaklah harus karena relasi keluarga, hubungan darah atau perkawinan. Tidak ada relasi tuan dan hamba, lebih terhormat atau lebih hina. Iman Katolik membimbing kita untuk melihat orang lain sebagai saudara seiman dalam ziarah rohani menuju Tuhan. Inilah kehendak Tuhan bagi kita.

Kehendak Yesus dalam Injil Lukas bab 14 adalah agar kita dapat menjadi murid-Nya. Syaratnya memang tidak lunak seperti: membenci bapaknya, ibunya, istrinya, anak-anaknya, sauda­ranya laki-laki atau perempuan, bah­kan nyawanya sendiri (ay.26). Belum lagi memanggul salibnya dan mengi­kuti Yesus (ay.27). Ditambah dengan melepaskan diri dari segala miliknya (ay.33). Membenci di sini bukan berarti bermusuhan, cekcok, dendam yang berujung kehancuran atau per­pecahan, melainkan ketidaklekatan pada relasi keluarga, hubungan darah, perkawinan atau cinta diri. Kita diun­dang oleh Yesus untuk mengutamakan relasi dengan Tuhan dengan melihat orang-orang yang kita cintai, kasihi dan sayangi itu sebagai anugerah dari Tuhan seperti halnya nafas kita. Maka Tuhanlah yang tetap nomor satu dalam hati kita. Mereka sewaktu-waktu bisa meninggalkan kita secara fisik sehingga berujung kesedihan, kekecewaan dan keputusasaan yang bisa menghancurkan hidup kita. Maka kehendak Yesus adalah kita tetap ber­sukacita dengan segala keterbatasan kita sebab kita tetaplah orang yang bebas merdeka untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan.

(Greg Maria, O.Carm)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi