Panggilan Menebar Keteladanan

  11 Nov 2012, 07:11

Akhir-akhir ini penulis banyak diundang menghadiri peluncuran buku baru, baik tentang sejarah maupun tokoh-tokoh yang menulis tentang biografinya. Dari sana memang banyak diperoleh bahan untuk berbagai penulisan dalam karya pelayanan, misalnya seperti di WM ini. Begitu juga dengan undangan makan siang dengan berbagai tokoh terkenal pada zamannya, yang kebetulan kenal akrab semasa penulis masih aktif menjadi wartawan. Penulis kadang merasa haru dan bangga karena tidak saja diingat, tetapi malah diajak diskusi mengenai apa saja. A.l. dengan mantan Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro. Ia, katanya tak pernah nonton siaran stasiun-stasiun TV nasional. Karena bisa menjadi bodoh?

Ada benarnya juga kalau kita hubungkan dengan bacaan Injil Minggu ini, di mana Yesus mengingatkan supaya hati-hati terhadap para ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan dipasar. Duduk paling depan dalam perjamuan-perjamuan, suka mengelabui mata orang-orang dengan doa panjang, dst. Persis kalau kita lihat sekarang ini di stasiun TV tertentu yang secara paksa mengorbitkan ketua partai sebagai calon presiden 2014. Padahal elekbilitasnya nol besar di mata rakyat. Sumbangannya kepada rakyat ditonjolkan agar terkesan sebagai pribadi yang dekat dengan rakyat. Meniru Djoko Wi kale?

Coba bayangkan, Negara kita ini sebenarnya lagi menghadapi persoalan-persoalan luar biasa. Paling parah soal korupsi, belum yang lain seperti retaknya NKRI, fundamentalisme, kerusakan lingkungan, narkoba, krisis energi, kemiskinan, pergolakan buruh, dan kriminalitas. Wah, pokoknya kalau ditulis nggak cukup ini halaman. Sementara kita hanya punya pemimpin yang biasa-biasa saja. Pemimpin tipe pegawai dan wakil-wakil rakyatnya sibuk meres sapi, eh meres sana-sini. Setiap kali ada persoalan dihadapi dengan sikap seperti pegawai bulanan. Seolah-olah mengambil keputusan padahal tidak. Kita diberi tontonan proses yang berliku, menjadi makanan siaran TV sebagai tontonan yang mengasyikkan bak opera sabun.

Lupakanlah itu! Saya ingat ketika menghadiri peluncuran buku Adnan Buyung Nasution ABN. Katanya, "Mari kita menebar keteladanan, tidak usah menunggu dulu seperti Soekarno, Marthin Luther King Jr. Nelson Mandela, Bunda Theresa, Mahatma Gandhi. Namun bisa serius mencapai tingkat di mana tindakan kita yang mengalir dari karakter kita sendiri.Dengan efek baik atas buruk dapat benar-benar berdampak pada orang-orang disekitar kita. Kita berpengaruh pada mereka yang hidup, bekerja, bermain bersama kita, memandang, mendengarkan kita, duduk di sampingkita. Ia menegaskan pengaruh kita mengalir kepada orang yang tak pernah mimpi untuk mempengaruhinya. Ini panggilan kita sebagai umat Kristiani untuk menebar keteladanan."

Seperti di Filipina, Fr. Albert Alejo pendiri dan inspirator Campaign Against Corruption in The Philipines. Gereja Katolik turut bertanggungjawab akan tingkah umatnya yang menyimpang dari jalan kebenaran dan ketulusan. Gereja berani memandang diri sendiri bagian dari problem bangsanya dan sekaligus ingin menjadi bagian dari solusi.

Sanggupkan kita seperti itu?

(Ign.Sunito)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi