Mampu Mengendalikan Diri

  9 Feb 2012, 00:11

Dalam bacaan pertama sangat jelas peraturannya bahwa orang yang sakit kusta dikucilkan. Jadi selain fisiknya menderita, dia juga menderita mental, sosial, dan spiritual. Paling menyakitkan tidak dipandang sebagai manusia. Mereka dianggap sebagai manusia hina, manusia berdosa. Maka, seperti tertulis dalam Injil hari ini, betapa bahagianya orang itu ketika Yesus menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Berarti pengangkatan martabatnya sebagai manusia selain pembebasan dari derita. Jadi penyembuhan oleh Tuhan Yesus ini memiliki nilai yang mendasar bahwa Tuhan mencintai semua manusia. Dia senantiasa mengharapkan perbaikan sikap hidup. Dan semua orang dilibatkan-Nya untuk berperan mewartakan. Namun tidak asal mewartakan, perlu kematangan dan bekal yang cukup. Oleh karena itu Tuhan Yesus hanya meminta orang itu mempelihatkan diri saja kepada imam. Cukup, itu saja untuk saat itu. Bahkan dengan tegas Yesus berpesan: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan apa-apa..." (ay. 44).

Mampu Mengendalikan Diri

Apa yang dipesankan Tuhan Yesus ini tentu memiliki suatu pertimbangan yang mendasar. Pertama, datang kepada imam menjadikan dirinya dipulihkan status kemanusiaannya. Sekarang dia tidak dikucilkan karena dosa. Dia sudah layak mendapatkan status sama seperti orang Yahudi lainnya. Kedua, Tuhan Yesus merasa sekarang belum waktunya untuk mengenalkan Diri-Nya. Dia membutuhkan waktu yang tepat. Seperti dalam sebuah teks yang mengatakan "segala sesuatu ada waktunya". Namun apa lacur, orang ini tidak mampu mengendalikan diri. Apa mau dikata, orang ini belum dewasa kepribadiannya. Apa boleh buat, orang ini tak mampu mengontrol emosinya. Akibatnya, Tuhan Yesus menjadi semakin kesulitan. Tentu saja kita tidak bisa menyalahkan orang ini, bukan? Dia berkendak baik. Dia merasa bahwa dirinya mendapatkan kesukaan yang hebat. Dia mau bersaksi. Tapi... niat dan kehendak baiknya tidak tepat sasaran. Malahan berdampak kesulitan.

Layak untuk direnungkan. Bersaksi adalah kewajiban. Setiap orang kristiani harus berani bersaksi. Namun tidak boleh sembrono dan asal-asalan. Harus tahu persis ajaran. Harus memahami sungguh peraturan. Harus jernih mengenali kehendak Tuhan. Oleh karena itu butuh pengendalian diri, perlu kematangan pribadi. Tidak asal ucap dan juga asal bersaksi. Tuhan memberkati

(A. Rianto)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi