Percaya Aktif

  16 May 2013, 19:04

Apakah Anda percaya pada Allah Bapa yang Mahakuasa, Pencipta Langit dan Bumi?

Menjawab pertanyaan itu, berani saya pastikan bahwa kita semua akan menjawab dengan spontan, "Tentu saja aku percaya!" Ada-ada saja pertanyaan ini. Bukankah kita semua sudah dibaptis? Memang, tetapi pada kenyataannya walaupun kita mengatakan sama-sama percaya, tingkat kepercayaannya mungkin berbeda. Buktinya masih ada di antara kita yang memperlakukan kekatolikan kita sama seperti keanggotaan sebuah perkumpulan. Kekatolikan yang baru sekadar baju, belum menyatu betul dengan diri kita.

Ada percaya yang sekadar pengetahuan. Ada siaran tentang berita kecelakaan di Tanah Putih, Semarang, kita percaya, mungkin prihatin sedikit - selama tidak ada kenalan atau keluarga yang terlibat; lebih dari itu tidak ada; kepercayaan hanya sebatas berita, sebatas pengetahuan.

Kepercayaan membawa kita pada tindakan. Kalau kita percaya Restoran 'Sedap' di ujung perempatan itu enak, kita akan pergi makan di sana. Kalau kita mendengar teman bahwa ada demo di Senayan kita juga percaya, dan tidak bepergian ke daerah itu. Besok kalau ada orang mengatakan restoran 'Echo' juga enak, kita akan mencoba makan di sana juga. Demikian kita bertindak atas apa yang kita percayai, tetapi dalam batas ini tingkat kepercayaan kita masih sebatas pengetahuan saja.

Kedua contoh kepercayaan di atas sangat berbeda - dengan kepercayaan yang kita berikan pada Allah. Dalam bahasa Inggris bisa dibedakan antara 'believe' dan 'trust'. Kepada Allah, kita diharapkan untuk tidak hanya "believe in God", tetapi "trust in God". Ada hubungan yang erat dengan Allah, sampai kita pasrah pada-Nya. Kita menyerahkan hidup kita untuk mengagungkan Allah, untuk menjadi alat-Nya dalam proses penciptaan kerajaan Kasih. Bukan proses penikmatan diri. Ad Maiorem Dei Gloriam - kata Santo Ignatius.

Dalam bacaan akhir pekan setelah kenaikan Tuhan Yesus ini, kita men-dengar bagaimana Santo Stefanus menunjukkan kepercayaannya sampai siap menerima konsekuensi mati dirajam dalam mempertahankan imannya. Dikatakan bagaimana Stefanus menerima kekuatan Roh Kudus sehingga dengan teguh dia berani bersaksi akan Injil.

Dewasa ini kita semua juga menghadapi banyak percobaan yang minta keteguhan kita untuk setia pada iman kita. Cobaan pada egoisme, kemapanan, acuh tak acuh, cobaan pada sikap tidak peduli, sindrome 'not in my backyard'.

Tuhan minta kita percaya aktif, bukan percaya pasif. Percaya aktif adalah percaya yang diungkapkan dalam perbuatan, dalam tindakan seperti yang ditunjukkan Stefanus; sedangkan percaya pasif adalah percaya yang diam, percaya yang diselimuti ketakutan, keprihatinan karena tidak berdaya, takut atau egoisme menikmati enaknya zona nyaman.

Minggu depan Gereja merayakan Pantekosta, merayakan datangnya Roh Kudus - roh kekuatan dan keberanian. Marilah kita persiapkan menyambut-Nya dengan tekat untuk memilih "PERCAYA AKTIF" dengan tegas bersikap membela kebenaran dan kasih, sebagaimana kita dambakan dalam retret agung pada masa PraPaskah yang baru kita lalui.

Mari kita persiapkan diri kita menyambut Roh Kudus.

Bangkit dan bergeraklah!

(Robby Purnomo)

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi