Menghakimi dari Tampilan

 JA Gianto  |     13 Jun 2016, 15:03

Banyak orang mencari cara singkat menjadi SUKSES dengan mengikuti petunjuk berilah "KESAN PERTAMA" yang cantik, 90 detik pertama, merupakan saat penting dalam melakukan pendekatan kepada orang lain. Karena biasanya orang cenderung menilai dari permukaan dangkal. Menghakimi hanya dari sampul luarnya saja tanpa mau membaca isi buku itu. Hal ini tentu sah-sah saja dalam membangun PENCITRAAN. Perilaku ini merupakan topeng dalam berhubungan dengan orang lain. Bila ingin mengenal lebih dalam lagi tentang sejatinya, keasliannya, maka perlu menggali watak atau karakter dari orang tersebut. Hal ini memang membutuhkan kesabaran dan waktu lebih lama.

Menghakimi dari Tampilan

Pola hubungan manusia semacam ini juga sudah ada dari dulu sampai sekarang. Yesus seringkali mengeritik amat keras kepada kaum Farisi yang lebih mementingkan tampilan luar atau ritual dalam menjalankan agama daripada melakukan secara tulus apa yang diperintahkan Allah tanpa harus memamerkan kepada orang lain agar mendapat pujian. Hati nuraniku langsung ikut berkicau, "Ah...kamu sendiri apa sudah mempraktikkan 'sepi ing pamrih, rame ing gawe' atau sedikit mengharap pujian, giat dalam berkarya?"

Dalam bacaan hari ini, orang Farisi mengundang makan Yesus. Ia melihat perilaku Yesus membiarkan dirinya disentuh, diusap dengan rambut dan diurapi minyak wangi oleh seorang wanita pendosa. Ia langsung MENGHAKIMI Yesus dengan berkata dalam hatinya, "Bila Ia ini nabi, tentunya Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menyentuh-Nya ini; tentu Ia tahu bahwa perempuan itu seorang berdosa." Yesus mengetahui isi hati Simon, orang Farisi itu, kemudian menjelaskan perbuatannya dengan cara mendongeng tentang seorang pengutang besar 500 dinar dan seorang pengutang kecil 50 dinar yang berhutang kepada seseorang. Dan mengajak Simon untuk mengambil kesimpulan sendiri pada akhir cerita ketika hutang mereka dihapus karena tidak sanggup bayar. Siapa di antara mereka akan lebih mengasihi dia? Cara Yesus membangkitkan kesadaran diri tentu lebih membekas di benaknya daripada langsung memberi penjelasan.

Dalam kehidupan yang semakin keras dan cepat berubah, saya seperti Simon si orang Farisi, mudah MENGHAKIMI Tuhan hanya dari potongan peristiwa tanpa mau mendalami hikmah yang mungkin muncul di masa akan datang. Tuhan telah melupakan saya justru ketika tantangan kehidupan menghadang di muka dan membiarkan hal itu terjadi. Saya kecewa karena selama ini sudah hidup baik, menyisihkan waktu melayani Tuhan, namun... yang muncul justru kesulitan.

Lalu? Apakah saya berani menanggapi peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidupku secara positif, percaya kepada rencana Tuhan meskipun belum memahaminya sekarang?

Lihat Juga:

Renungan (WM) Lainnya...

Renungan Harian

Minggu, 3 Maret 2024

Hari Minggu Prapaskah III Wanita Samaria itu datang untuk percaya akan Yesus, yang menempatkan dia di hadapan kita sebagai lambang --- St. Agustinus...

Selengkapnya

Jadwal Misa Rutin

Sabtu Pukul 16:30
  Pukul 19:00
 
Minggu Pukul 06:30
  Pukul 09:00
  Pukul 11:30
  Pukul 16:30
  Pukul 19:00

Selengkapnya

Kalender Liturgi